Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Terima Kasih, Money Politic Anda Membuat Saya Tidak Bingung Lagi

10 Februari 2024   14:56 Diperbarui: 10 Februari 2024   17:27 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada akhirnya saya tergelitik untuk ikut menulis topil "Kampanye Caleg yang Terlupakan". Pemantiknya tiga kejadian yang saya alami belum lama ini. Ketiga kejadian tersebut sesungguhnya bikin saya terperangah sekaligus ketawa pada awalnya. Namun, ujungnya bikin masygul. Mengapa? Karena bikin saya makin yakin bahwa pemberantasan money politic di Indonesia cuma omon-omon.

Sejujurnya semula saya menaruh harapan besar pada paslon capres-cawapres yang gencar mencitrakan diri sebagai paslon agamis. Dengan kekuatan dukungan dari empat partai pengusungnya, saya pikir lumayanlah untuk memulai sebuah revolusi tradisi. Dari tradisi permisif terhadap money politic menjadi tradisi big no to money politic.

Demikian itulah pikiran saya semula. Hingga akhirnya saya dihempaskan oleh kenyataan yang tepat persis berada di depan hidung. Bukan sekadar kenyataan yang terlihat melalui media massa dan media sosial.

Kenyataan apakah? Tak lain dan tak bukan, kenyataan bahwa pada suatu sore saya menerima money politic yang berupa sepaket sembako dari seorang calon anggota DPD RI. Beberapa waktu kemudian dari seorang caleg, saya menerima money politic berupa seperangkat seragam pengajian beserta kerudungnya. Yang terakhir, saya menerima money politic berupa snack box dan sajadah dari seorang caleg yang lainnya.

Dua money politic terdahulu proses penerimaannya tidak formal. Pembagian dilakukan seusai kegiatan pengajian. Yang pertama seusai pengajian akbar. Adapun peserta pengajiannya orang-orang yang diundang. Tentu dalam undangan tidak disebutkan kalau ada maksud terselubungnya. Kami tahu tujuan lain dari undangan tersebut ya setelah acara berjalan. Sebelum masuk materi pengajian, disampaikan pemaparan visi dan misi si calon anggota DPD RI. Plus perkenalan dan aktivitas kemasyarakatannya.

Selanjutnya yang kedua, dibagikan setelah pengajian rutin mingguan. Jadi sungguh di luar dugaan, ketika pengajian berakhir ada pembagian money politic berupa kain dua meter plus kerudung. Biasanya 'kan cuma ada pembagian snack. Profil serta visi dan misi caleg berupa brosur yang disisipkan ke dalam kemasan money politic (lipatan kain).

Si caleg yang merupakan petahana rupanya tidak merasa perlu memaparkan visi dan misinya secara tatap muka. Dia yakin bahwa warga yang notabene merupakan tetangga se-RW, telah cukup mengenal sosoknya. Terlebih 5 tahun silam, dia pun telah berbagi money politic kepada kami. Berupa perbaikan jalan, lampu jalan, dan seragam pengajian.

Yang saya rasakan, dua proses penyerahan money politic di atas cenderung halus. Lain halnya dengan money politic yang diganti dengan sajadah politic. Proses penyerahannya cenderung lebih formal dan to the point. Terasa sebagai the real kampanye caleg, padahal sesungguhnya si caleg cuma mendompleng kegiatan rutin kampung. Jadi saat itu saya berangkat dengan niat ikut kegiatan bulanan, tetapi sesampai di lokasi malah menghadiri kampanye caleg.

Mula-mula si caleg berpidato memperkenalkan diri, menjabarkan alasan menjadi caleg, memaparkan prestasinya, dan ujungnya tentu saja meminta suara. Bahkan sebelum kampanye caleg tersebut berakhir, ada pendokumentasian kegiatan. Kami dipotret dan divideo dengan kode jari sesuai nomor urut partai dan nomor urut si caleg. Pakai yel-yel spesial untuknya pula. "Wah, wah, wah. Untung saja proses penerimaan dua money politic sebelumnya tidak pakai sesi pemotretan dan pemvideoan seperti ini." Pikir saya tatkala itu.

Saya membayangkan hal kocak. Jika ketiga orang yang berbagi money politic sama-sama bikin dokumentasi serupa itu dan mengunggahnya di medsos, berarti di dunia maya wajah saya eksis di partai-partai yang berlainan. Hehe ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun