Jadi kesimpulannya, punya koleksi barang itu baik dan bermanfaat. Terlebih kalau koleksi itu pada akhirnya bisa mendulang uang. Menjadi salah satu sumber penghasilan. Tentunya yang dapat menghasilkan bukan koleksi recehan modelan koleksi anak saya lho, ya.
Yang buruk itu kalau punya banyak koleksi, kemudian merasa bosan, dan malah ditinggal sembarangan di rumah orang. Bikin repot saja. Seperti yang dilakukan adik saya.
Apakah saya tak punya koleksi? Punya, dong. Koleksi perangko. Saya ingat betul masih menyimpannya. Terutama perangko yang tertempel di surat pemberitahuan dari UGM. Dahulu 'kan belum pakai sistem internet. Jadi, peserta UMPTN (ceilaaah zadoelnya) yang lolos ke program studi pilihannya di UGM dikirim pemberitahuan via pos.
Namun, mohon maaf. Saya tak dapat menyertakan fotonya sebagai bukti. Saking rapinya menyimpan, saya bahkan lupa ada di kardus yang mana tersimpannya.
Apakah sekarang saya tak punya koleksi? Hmm. Koleksi saya sekarang hanyalah koleksi buku. Hanya saja kalau sudah menumpuk melebihi kuota rak, saya terbiasa menjualnya atau membagikannya kepada pihak yang memerlukannya.
Yang tak pernah saya niatkan untuk dijual pastilah buku-buku yang merupakan bukti terbit. Justru aneh kalau hal tersebut saya lakukan. Iya 'kan?
Salam. Â