Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Keputusan untuk "Pergi"

28 Agustus 2018   14:50 Diperbarui: 28 Agustus 2018   15:14 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, mereka mampu pula mengalihkan perhatian. Dengan demikian khalayak umum tak menyadari, peristiwa apa yang sebenarnya barusan terjadi. Yang disaksikan khalayak umum mungkin berupa kebakaran mendadak di sebuah gedung.

Padahal kenyataannya, kebakaran itu sengaja dibikin sebagai pengalih perhatian. Sementara peristiwa yang sesungguhnya berupa peperangan antarkeluarga para penguasa shadow economy dunia.

Dalam Pergi dikisahkan ada 8 keluarga yang menjadi penguasa shadow economy dunia. Keluarga-keluarga tersebut tersebar di seantero planet bumi sesuai dengan wilayah kekuasaan masing-masing. Tiap keluarga pun memiliki markas pusat dan sederet tukang pukul profesional.

Iya. Saya pikir Pergi merupakan sebuah novel yang serius. Betapa tidak serius, coba? Alih-alih menyuguhkan cerita yang manis romantis mendayu-dayu. Pergi malah berkisah tentang kerasnya dunia, di balik kerasnya dunia. Ngeri! Misalnya nih, ya.

Di balik peperangan antarnegara yang tak kunjung usai, yang dinanti-nanti perdamaiannya oleh masyarakat dunia, ternyata ada keluarga shadow economy yang diuntungkan.

Yakni diuntungkan  sebab kedua negara yang berperang sama-sama membeli senjata dari pabrik milik keluarga shadow economy tersebut. Karena diuntungkan, wajar-wajar saja kalau peperangan antarnegara itu malah "dipelihara".

Memang sih, yang diceritakan dalam Pergi bukanlah diangkat dari kisah nyata. Meskipun beberapa hal, mungkin saja benar-benar telah atau sedang terjadi di dunia nyata.

Dengan demikian, pembaca bisa sekaligus menambah wawasan pengetahuan mengenai shadow economy. Sekaligus mendapatkan informasi bahwa segala peristiwa yang terlihat tidaklah selalu persis sama dengan peristiwa yang sesungguhnya.  

Akan tetapi, ada sesuatu yang jauh lebih penting. Pergi sesungguhnya ibarat seseorang yang mencoba mengingatkan. Yang berusaha menggedor kesadaran khalayak bahwa apa pun bisa terjadi dalam kehidupan ini.

Meskipun ada hitam dan putih sebagai simbol dari keburukan dan kebaikan, kenyataannya banyak orang/hal yang setengah-setengah. Campuran antara hitam dan putih, antara jahat dan baik hati. Terjebak dalam situasi yang belum memungkinkan untuk memilih. Entah apa pun alasan dan penyebabnya.

Norma agama dan norma sosial memang telah memberikan rumusan sahih perihal orang baik dan orang buruk (jahat). Tapi kenyataannya, tidak semua orang dimudahkan untuk memilih menjadi salah satunya. Kiranya itulah yang dinamakan suratan takdir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun