Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah dan Keegoan Hamparan Rumput

27 Agustus 2018   08:10 Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:44 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamparan rumput yang hijau adalah salah satu pilihan yang umum bagi sepasang suami istri sebagai penghias halaman rumah baru mereka. Bahkan, hamparan rumput akan dijadikan pusat hiasan, sementara tanaman lain melengkapinya di pinggiran.

Bangunan gedung dan istana yang  besar selalu ada tanaman rumput terhampar hijau rapi di halamannya. Hal ini untuk melengkapi kemegahan dan kemewahannya sekaligus sebagai ucapan selamat datang bagi para tamunya. Maka, bangunan istana raja atau presiden, kantor-kantor pemerintahan, rumah-rumah penguasa dan pengusaha selalu terdapat hamparan rumput berwarna hijau yang rapi.

Begitu juga dengan sebuah taman publik. Hamparan rumput selalu ada, dan dijadikan sebagai tempat yang lapang untuk pengunjung bersantai ria sembari duduk atau rebahan di atasnya. Selain itu, padang hijau tersebut juga dijadikan sarana untuk beraktivitas dan berinteraksi bagi pengunjung.

Selain merambah halaman rumah dan bangunan mewah serta taman-taman publik, tanaman rumput juga sudah 'menjajah' dunia olah raga. Ada banyak olah raga outdoors membutuhkan padang rumput sebagai alas permainan. Sepak bola, Golf, Base ball adalah olah raga yang membutuhkan padang rumput hijau, rapi dan terawat.

Namun, adakalanya hamparan rumput membuat kesal banyak orang. Hal ini disebabkan adanya tanda untuk tidak boleh menginjaknya. Seolah-olah hamparan rumput tersebut adalah barang suci yang tidak boleh terluka oleh injakan. Orang sering harus berjalan mengitarinya terlebih dahulu hanya untuk menuju tempat yang berada tepat di seberangnya. Manusia kadang membuat hamparan rumput hanya untuk dipandang, tanpa boleh diinjak.

*****


Sebenarnya apa keistimewaan tanaman pendek berwarna hijau ini? Kenapa suatu landscape taman, harus ada hamparan rumput sebagai permadaninya? Kenapa bangunan-banguna penting harus tunduk kepada rumput ini dan merelakannya terhampar di halaman? Bahkan orang-orang yang sedang berdemonstrasi pun juga takut dan menurut untuk tidak menginjaknya. Apakah karena keindahannya?

Keindahan memang bersifat subyektif, tergantung masing-masing orang, dan menurut pendapat penulis hamparan rumput bukanlah sesuatu yang spesial. Rumput adalah tanaman rata-rata seperti tanaman lainnya. Bahkan, tanaman rumput tidak bisa memberi keteduhan dan cuma memberi sedikit oksigen bagi penikmatnya, dibanding tanaman lain yang lebih besar. Yang diberikan hanyalah hamparan berwarna hijau saja.

Tanaman rumput awalnya hanyalah tanaman liar yang tumbuh sebagai supply makanan bagi mahkluk lain, khususnya hewan ternak, seperti kuda, kambing, domba, kelinci, sapai kerbau dan sejenisnya. Saat itu, tidak ada manusia yang menanam dan merawat rumput hanya untuk didiamkan dan hanya dipandang saja.

Terbukti, pada masa-masa jauh sebelum abad pertengahan, tidak terdapat rumput hijau terhampar di halaman istanaYunani kuno, istanan Romawi, kuil Salomo di Yesusalem, istana Firaun dan istana kota terlarang di Beijing. Mereka tidak menggunakan hamparan rumput sebagai permadani istana untuk menyambut para tamu.

Castle of Chateau de Chambord - France (footage.framepool.com)
Castle of Chateau de Chambord - France (footage.framepool.com)
Hamparan rumput baru muncul di abad pertengahan sebagai suatu proses revolusi sosial saat itu. Ide untuk menanam rumput di halaman rumah pribadi atau bangunan pemerintahan, lahir dari kastil-kastil kalangan bangsawan di negara Perancis dan Inggris. Keberadaan hamparan rumput yang luas di halaman kastil merupakan simbol kebangsawan saat itu.

Pada abad pertengahan, banyak bangsawan- bangsangan, terutama di Perancis dan Inggris memulai menanami rumput di halaman kastil mereka. Salah satunya adalah Raja Francois I dari perancis yang menanam rumput di halaman salah satu kastilnya, Chateau de Chambord di Loire Valley -- Perancis pada pertengahan abad ke-16. Dipercaya, bahwa mulai dari sinilah menanam rumput di halaman menyebar dan diikuti oleh bangsawan-bangsawan lainnya.

Menanam rumput di halaman kastil menjadi salah satu kebutuhan bagi bangsawan untuk menunjukan kebangsawannya. Mulai dari Peancis, menyebar ke Inggris dan akhirnya ke seluruh daratan Eropa. Para bangsawan berlomba-lomba untuk membuat hamparan rumput seluas mungkin dan merawatnya agar tetap rapi.

Lalu, mengapa para bangsawan rela merogoh pundi-pundi kekayaannya hanya untuk hamparan rumput? Padahal tanaman rumput tersebut tidak akan mampu memberi hasil yang sepadan dibanding dengan biaya yang dikeluarkan? Jawabannya adalah semata-mata demi gengsi, harga diri, kehormatan dan status sosial.

Semakin luas hamparan rumput yang dimiliki, maka menunjukan status dari si pemiliknya juga tinggi. Si pemilik mau menunjukan kemampuannya kepada khayalak bahwa dia mampu membiayai penanaman rumput di halamannya, sekaligus menyewa para pekerja untuk merawatnya, tanpa menghasilkan apapun selain hamparan berwarna hijau.

Saat itu, tingkat status kebangsawanan bisa dilihat dari seberapa luas halaman kastilnya terhampar rumput hijau dan selalu rapi. Bagi masyarakat kelas menengah dan bawah, hamparan rumput tersebut adalah simbol keangkuhan dan pemborosan.

*****

Akhirnya sejarah mencatat bahwa hamparan rumput mampu mengalahkan akal manusia. Rumput yang semula hanya tanaman liar buat pakan ternak, mampu mempengaruhi manusia dan menjadikannya menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia dan system sosialnya. Dari daratan Eropa, rumput merambah dan 'menjajah' benua Amerika dan ke seluruh dunia. Hamparan rumput juga mampu menelusup ke segala system sosial dan budaya masyarakat.

Semua orang dengan berbagai latar belakang sosial, budaya dan ideologi yang berbeda sudah menerima hamparan rumput sebagai suatu keharusan bagi halaman rumah dan bangunan yang dianggap penting. Mereka rela menjadikan sebidang tanah menjadi tidak produktif lagi, dan mengantinya dengan tanaman rumput.

Mereka juga rela mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit hanya untuk menanam dan merawat hamparan rumputnya, tanpa mendapatkan imbal hasil kecuali pemandangan warna hijau saja.

Hamparan rumput yang semula adalah bentuk dari ego dan keangkuhan kaum bangsawan Eropa pada abad pertengahan, berevolusi menjadi sesuatu yang dicintai oleh manusia.

Saat ini, tanaman rumput sebagai hiasan sudah sangat luas dipakai dan mempunyai bermacam-macam jenis. Selain itu tersedia juga berbagai produk peralatan penanaman dan perawatannya. Tanaman rumput beserta produk turunannya sudah menjadi industri yang bernilai ekonomi tinggi.

Sebagai penutup, pemahaman sejarah tentang rumput bukan untuk merubah pandangan kita secara radikal terhadap rumput. Namun, untuk menambah pilihan-pilihan lain bagi kita terhadap rumput, terutama saat penataan landscaping taman, halaman rumah atau di bangunan-bangunan lainnya. Sekian.

Sumber : https://www.fromthegrapevine.com/nature/weird-history-lawns

Klik di sini untuk artikel lainnya

Facebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun