Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah dan Keegoan Hamparan Rumput

27 Agustus 2018   08:10 Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:44 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada abad pertengahan, banyak bangsawan- bangsangan, terutama di Perancis dan Inggris memulai menanami rumput di halaman kastil mereka. Salah satunya adalah Raja Francois I dari perancis yang menanam rumput di halaman salah satu kastilnya, Chateau de Chambord di Loire Valley -- Perancis pada pertengahan abad ke-16. Dipercaya, bahwa mulai dari sinilah menanam rumput di halaman menyebar dan diikuti oleh bangsawan-bangsawan lainnya.

Menanam rumput di halaman kastil menjadi salah satu kebutuhan bagi bangsawan untuk menunjukan kebangsawannya. Mulai dari Peancis, menyebar ke Inggris dan akhirnya ke seluruh daratan Eropa. Para bangsawan berlomba-lomba untuk membuat hamparan rumput seluas mungkin dan merawatnya agar tetap rapi.

Lalu, mengapa para bangsawan rela merogoh pundi-pundi kekayaannya hanya untuk hamparan rumput? Padahal tanaman rumput tersebut tidak akan mampu memberi hasil yang sepadan dibanding dengan biaya yang dikeluarkan? Jawabannya adalah semata-mata demi gengsi, harga diri, kehormatan dan status sosial.

Semakin luas hamparan rumput yang dimiliki, maka menunjukan status dari si pemiliknya juga tinggi. Si pemilik mau menunjukan kemampuannya kepada khayalak bahwa dia mampu membiayai penanaman rumput di halamannya, sekaligus menyewa para pekerja untuk merawatnya, tanpa menghasilkan apapun selain hamparan berwarna hijau.

Saat itu, tingkat status kebangsawanan bisa dilihat dari seberapa luas halaman kastilnya terhampar rumput hijau dan selalu rapi. Bagi masyarakat kelas menengah dan bawah, hamparan rumput tersebut adalah simbol keangkuhan dan pemborosan.

*****

Akhirnya sejarah mencatat bahwa hamparan rumput mampu mengalahkan akal manusia. Rumput yang semula hanya tanaman liar buat pakan ternak, mampu mempengaruhi manusia dan menjadikannya menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia dan system sosialnya. Dari daratan Eropa, rumput merambah dan 'menjajah' benua Amerika dan ke seluruh dunia. Hamparan rumput juga mampu menelusup ke segala system sosial dan budaya masyarakat.

Semua orang dengan berbagai latar belakang sosial, budaya dan ideologi yang berbeda sudah menerima hamparan rumput sebagai suatu keharusan bagi halaman rumah dan bangunan yang dianggap penting. Mereka rela menjadikan sebidang tanah menjadi tidak produktif lagi, dan mengantinya dengan tanaman rumput.

Mereka juga rela mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit hanya untuk menanam dan merawat hamparan rumputnya, tanpa mendapatkan imbal hasil kecuali pemandangan warna hijau saja.

Hamparan rumput yang semula adalah bentuk dari ego dan keangkuhan kaum bangsawan Eropa pada abad pertengahan, berevolusi menjadi sesuatu yang dicintai oleh manusia.

Saat ini, tanaman rumput sebagai hiasan sudah sangat luas dipakai dan mempunyai bermacam-macam jenis. Selain itu tersedia juga berbagai produk peralatan penanaman dan perawatannya. Tanaman rumput beserta produk turunannya sudah menjadi industri yang bernilai ekonomi tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun