Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kali Ini Koh Hendra Mati Angin

31 Juli 2021   09:41 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:00 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: AP/ sport.detik.com

Tanpa diduga perjalanan impresif The Dadies harus berakhir kemarin sore. Yee Lang/ Wang Chi Lin, pasangan China Taipehlah yang menghentikan aksi mereka. Tongkat sihir yang kemarin dimainkan saat menghadapi Aaron Chia/ Soh Wooi Yik dan Takhesi Kumira/  Keigo Sonoda tidak ampuh lagi.

Penggemar bulu tangkis kecewa? Pasti dong. Dan itu sangat wajar. Hendra/ Aksan terlanjur menjadi asa saat Markus/ Kevin harus tekuk lutut dari pasangan Malaysia. Asa yang mungkin terburu-buru menyandingkan 2 pasangan ganda putra Indonesia dalam final Olimpiade, lenyap sudah.

Menyalahkan Hendra/ Aksan karena kekalahannya. Bukan hal yang bijak. Sejelek apapun seorang pemain, pasti ingin meraih kemenangan. Tak ada satu pemain pun merangkai asa untuk kalah dalam sebuah pertandingan.

Diakui atau tidak, Ahsan/ Hendra membawa beban cukup berat saat akan memulai pertandingan. Kembali pada ekspetasi penonton Indonesia, Ahsan/ Hendra diharapkan mampu menutup luka karena kekalahan Markus/ Kevin.

Akibatnya nampak di lapangan. Permainan Ahsan/ Hendra terkesan kurang lepas. Banyak kesalahan yang dibuat dan mengakibatkan Lee Yang/ Wang Chi Lin mampu mendikte pasangan kita.

Situasi ini sangat jauh berbeda dengan laga kemarin. Kalau kemarin The Dadies yang mendikte, kali ini merekalah yang didikte. Perubahan situasi ini tentunya disebabkan oleh kecerdikan Lee Yang/ Wang Chi Lin dalam membaca permainan The Dadies.

Aksi sihir The Dadies saat mendikte pasangan Malaysia dan Jepang sudah ada di kantong mereka. Mereka lakukan Analisa mendalam dan terapkan di lapangan. Keberhasilan The Dadies pada 2 pertandingan sebelumnya adalah kemampuan dalam mengatur ritme permainan. Mereka mampu "mengajak" kedua lawan itu untuk bermain lebih lambat. Karena dengan permainan ini, lawan akan menjadi tidak sabar dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Dan ujung-ujungnya akan menguntungkan The Dadies dalam segala hal, termasuk dalam urusan stamina.

Dalam laga kemarin sore, Lee Yang/ Wang Chi Lin langsung gaspol. Mereka tidak mau mengikuti kemauan The Dadies. Mereka tetap bermain dalam irama yang cepat dan menekan. Akibatnya dapat diduga, justru The Dadieslah yang keteteran. Tak ubahnya Valentino Rossi berpacu di lintasan balap sekarang.'

Permainan cepat dan penuh tekanan, merusak semua scenario The Dadies. Mereka tidak mampu lagi berpikir dengan jernih. Walhasil, mereka pun banyak melakukan kesalahan sendiri. Beberapa kali bola tanggungnya dihajar habis oleh Yee Lang/ Wang Chi Lin. Di akhir pertandingan, The Dadies harus menyerah pada skor 21 -- 11 dan 21 -- 10.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun