Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kangen Majalah Hai Edisi 1980-an

9 Juli 2021   17:41 Diperbarui: 9 Juli 2021   18:35 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: http://3.bp.blogspot.com/

Bagi Kompasianer yang seusia dengan saya, 50 tahunan, pasti pernah akrab dengan majalah satu ini. Terutama para kompasianer yang hobi banget dengan membaca. Jujur, saat itu hobi membaca untuk anak seumuran kita saat itu, terlampiaskan lewat berbagai komik dan majalah yang ada. Untuk anak seusia itu, belum merambah ke novel.

Sebagai majalah pada saaat itu, Hai tampil luar biasa. Majalah yang digawangi oleh Arswendo Atmowiloto ini, mampu menempatkan diri secara khusus di hati anak-anak. Padahal pada saat itu ada beberapa majalah lain yang lebih dahulu eksis. Untuk majalah anak-anak, saat itu sudah ada si Kuncung, Bobo (saudara kandung Hai), Kawanku, Ananda, dan lain-lain.

Sedangkan untuk mereka yang sudah lewat masa anak, ada majalah Gadis. Nah Hai mampu tampil di antara dua generasi tersebut. Perlu diketahui saat pertama kali muncul, Hai tidak pernah menyentuh tentang artis atau music. Penampilannya masih pure alias murni. Sentuhan bidang itu muncul pada periode berikutnya.

Kemampuan Hai membaca pasar terlihat kentara. Dalam setiap edisinya, ada perpaduan menarik antara komik dan beberapa cerita pendek maupun serial dan juga bersambung. Dua hal ini menjembatani dua generasi yang ada pada masa transisi. Beda dengan Bobo. Bobo tampilannya sangat anak-anak sekali. Mulai dari keluarga Bobo, Paman Kikuk, Negeri Dongeng maupun Bona dan Rongrong.

Melalui Hai, anak-anak tanggung pada saat itu, seperti saya, dikenalkan dengan beberapa figur. Mulai dari Kekaisaran Trigan, Imung sang detektif cilik, Kiki dan komplotannya dan beberapa figur lain.

Kepandaian Hai meramu semuanya membuat saya dan teman-teman seakan terlempar pada suasana yang tergambarkan. Betapa kami dibuat tegang dengan konflik dalam Kekaisaran Trigan, turut mengerutkan dahi saat Imung dan Situmeang melakukan penyelidikan. Termasuk menikmati bengalnya si Kribo, Kiki dan komplotannya. Hari terbit Hai yang hanya seminggu sekali, membuat rindu ini menggunung. Tak heran jika kami harus berlangganan agar tidak kehabisan di pengecer.

Bagi saya sendiri, menikmati Hai selalu memberikan kesan tersendiri. Kalau saya anak orang kaya seperti beberapa teman, gampang tinggal langganan bulanan. Dijamin setiap minggu loper koran akan mengirim ke rumah. dan setiap bulan bon tagihan datang.

sumber: http://jualsepedaonthelantik.blogspot.com
sumber: http://jualsepedaonthelantik.blogspot.com

Bagi saya yang anak PNS golongan I, untuk mendapatkan Hai butuh perjuangan khusus. Saya dan adik biasanya harus menyisihkan uang jajan setiap hari. Dan pada saat Hai terbit, kami memburunya ke toko buku yang ada. Perburuan ini bukan hal yang mudah. Keberadaan kami di kota kecil, tak urung membuat saya harus adu cepat untuk mendapatkannya. Bias anya sepulang sekolah, saya mampir ke toko buku.

Sesampai di rumah, Hai kami perlakukan tak ubahnya barang berharga. Saya selalu memberikan sampul plasti, dan setelah membaca menyimpannya di kotak khusus, di mana di situ bertumpuk Hai edisi sebelumnya. Setiap ada teman yang pinjam, saya catat baik-baik, dan tidak lupa menagihnya.

Kedua orang tua saya sangat mendukung hobi ini. Namun cara mendukungnya mungkin berbeda dengan orang tua zaman sekarang. Dukungan mereka bukan dengan cara memberikan. Mereka selalu mengingatkan kami apakah sudah menyisihkan uang untuk membeli Hai edisi minggu ini. Dalam benak orang tua kami, hal ini sebagai bentuk pembelajaran. Sesuatu yang didapat dengan jerih payah keringat sendiri pasti akan berbeda. Dan buktinya, kami merawat dengan baik majalah-majalah itu.

Ah, seandainya waktu ini bisa diputar, ingin rasanya mengulang kembali. Berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki, hanya sekedar untuk menyisihkan uang jajan. Termasuk pula membayangkan ceria wajah kami saat menimang Hai yang baru saja kami dapatkan dari toko buku. Bau khas kertas majalah membuat suasana tersendiri di hati ini. Atau juga harus menangis karena kehilangan satu edisi akibat terlambat datang ke toko buku. Sungguh sebuah romantisme masa anak yang sangat berkesan.

Lembah Tidar, 9 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun