Ketika kemarin mengikuti malam pertama salat Tarawih di lingkungan, terasa ada suasana lain. Sebuah suasana yang belum pernah terasa selama 53 tahun umur ini. Suasana bulan Ramadhan yang selama terpancar di seluruh penjuru dunia. Bulan yang disambut dengan penuh suka cita oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia, kini tidak nampak.
Beruntung kota tempat tinggal saya tidak masuk zona merah. Sehingga kegiatan salat Tarawih masih dapat dilaksanakan. Dan pelaksanaan itu juga tetap diikuti dengan berbagai protokol yang dikeluarkan oleh pemerintah. Protokol itu meliputi dari physical distanting, pemakaian masker, penempatan hand sanitizer di pintu masuk masjid dan lain-lain. Jadi meskipun kegiatan ini termasuk kategori pelanggaran, namun hal-hal yang dianjurkan pemerintah tetap kami perhatikan.
Gambaran suasana Ramadhan akan terasa hening, sebenarnya sudah tercium sejak awal. Penyebaran virus Korona yang demikian hebat membuat siapapun untuk menata ulang tatanan kehidupan di dunia ini. Tak terkecuali juga dalam masalah peribadatan. Agama apapun di dunia ini dipaksa untuk melakukan kajian kembali terhadap apa yang selama ini berjalan. Alasan keselamatan menjadi pertimbangan utama, sehingga harus dihitung benar mana azas manfaat dan mana yang mudharat.
Ketika kami dapat melaksanakan kegiatan salat Tarawih malam itu, benar-benar sebuah anugrah yang luar biasa. Karena selama ini jika kita mengikuti prediksi yang disampaikan para ahli, wabah ini akan menggila pada bulan-bulan ini. Sehingga segala kegiatan baik yang bersifat keagamaan atau kemasyarakatan harus dihentikan total. Namun alhamdulillah sampai hari wabah virus Korona masih dapat dikendalikan, sehingga untuk beberapa daerah masih dapat melakukan aktivitas yang agak longgar.
Harus diakui wabah yang sedang terjadi di dunia ini telah mampu menjungkirbalikan logika. Termasuk di dalamnya logika dalam agama Islam. Hal-hal yang sebelum wabah ini merupakan anjuran agama, sekarang justru sebaliknya.
Anjuran salat berjamaah, menghadiri pengajian, merapatkan shaf, melaksanakan salat Jum' at bagi yang laki-laki yang sebenarnya merupakan langkah-langkah untuk kebaikkan, kini justru dilarang. Berbagai fatwa ulama bermunculan untuk menguatkan anjuran ini.
Demikian pula pada salat Tarawih kemarin malam. Kegiatan yang semula terdiri dari beberapa kegiatan mulai dari TPA, shalat Isya dan Tarawih, pengajian dan tadarus Al Qur' an, kini tiada lagi. Kegiatan yang ada hanya kegiatan tunggal, salat Isya dan Tarawih saja.
Namun  satu keyakinan yang harus kita pegang, bahwa semua itu datangnya dari Allah Swt. Penyebaran wabah virus Korona di seluruh dunia ini pasti juga atas ijin-Nya, sehingga di balik suasana Ramadhan yang hening kali ini, kita harus mampu mengkaji hikmah apa yang ada di balik semua ini.
Jika memang ini teguran,sudah selayaknya kita kembali ke jalan yang benar. Namun jika ini ujian, inilah saatnya meningkatkan derajat keimanan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI