Mohon tunggu...
Agus Setiadi Sihombing
Agus Setiadi Sihombing Mohon Tunggu... Penulis - Stay humble and being life-long learner!

Mewujudkan impian dengan menghadirkan mimpi bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umpasa untuk Pembangunan Karakter Bangsa

7 Desember 2019   11:35 Diperbarui: 7 Desember 2019   11:54 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maksudnya, pikirkan matang-matang terlebih dahulu sebelum berbicara. Masyarakat Batak meyakini bahwa perkataan yang tidak benar dapat menyebabkan perang yang berapi-api.

Sebaliknya, perkataan yang baik dan jujur akan mampu memadamkan kobaran api yang menyala-nyala. Oleh sebab itu, umpasa ini mengajak kita untuk menjaga kejujuran setiap kata yang keluar dari mulut kita agar kerukunan dan ketenteraman dapat terjaga dengan baik.    

3. Kerja Keras dan Rasa Ingin Tahu

Umpasa dalam Martha Pardede (2017:211) mengatakan:
"Pidong harijo, pidong harangan;
(Burung Gereja, burung Kampung)
sitapitapi pidong Toba,
(Sitapitapi burung Toba)
na gogo mangula do butong mangan;
(yang gigih atau giat bekerja makan dengan kenyang)
najugul marguru do dapotan poda."
(yang gigih belajar atau mengeksplorasi diri yang akan mendapat ilmu)

Maknanya, orang yang gigih bekerja adalah orang yang akan mendapat kemudahan rezeki, dan orang yang gigih belajar (memiliki rasa ingin tahu dan mau mengeksplorasi diri) akan mendapat ilmu yang berlimpah. Sebaliknya, orang yang tidak mau belajar dicap sebagai orang bodoh, sebagaimana yang dikatakan umpasa dalam Martha Pardede (2017:213):

Napuran huta, napuran sipoholon;
(sirih desa, sirih Sipoholon)
Na soo olo marguru, ima jolma na landongon."
(yang tidak mau belajar atau mengeksplorasi diri, itulah orang yang bodoh)

4. Demokratis

Sejatinya nilai demokratis telah lama diakui masyarakat Batak. Umpasa yang sekaligus menjadi nasihat bagi generasi bangsa saat ini dapat dilihat seperti di bawah ini:

Rata pe bulung ni salak
(Pun hijau daun salak)
Rataan dope bulung ni sitorop
(lebih hijau daun Sitorop)
Uli pe hata ni sahalak
(pun bagus pendapat satu orang)
Ulian dope hata torop
(lebih bagus nan elok pendapat banyak orang)

Artinya, sejak dahulu masyarakat Batak telah menjunjung tinggi nilai demokrasi. Walaupun pendapat seseorang sudah baik, tetapi keputusan bersama adalah yang lebih baik.

Hal ini senada dengan nilai demokratis yang mengedepankan pendapat dan musyawarah yang melibatkan banyak orang demi mencapai kesepakatan bersama (mufakat). Jadi, seharusnya nilai demokratis tersebut sudah mendarahdaging bagi kita melalui ruh umpasa ini guna mewujudkan negara yang juga demokratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun