Mohon tunggu...
Agus Sanjaya
Agus Sanjaya Mohon Tunggu... Penulis - Penyair, cerpenis

Saya menyukai menulis fiksi, saat ini masih belajar tentang non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esai Keagungan Majapahit

17 Maret 2023   00:18 Diperbarui: 17 Maret 2023   00:27 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seumpama mesin waktu benar-benar ada, apa kita sanggup mengalihkan pandangan mata dari keagungan Majapahit di masa lalu?

Sebuah susunan bata merah dengan tipe bentar (tanpa atap dan terbelah di sisi kiri-kanan) menyambut kedatangan kita. Bangunan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke 14 masehi ini terlihat mencolok dari sekitarnya. Dinamai Wringinlawang (wringin: pohon beringin, lawang: pintu), mungkin berkaitan dengan dua pohon beringin yang menjadi pendamping setia bangunan. 

Sementara lawang, berkaitan erat dengan fungsinya sebagai gapura atau pintu masuk menuju kompleks bangunan penting di ibukota Majapahit (Trowulan). Lokasi Candi Wringinlawang berada di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Berada di pusat kota menjadikan kita tak perlu bersusah payah untuk menemukannya.

Memasuki wilayah ibukota Majapahit (Trowulan: sampai sekarang nama masih dipertahankan). Kita disuguhi sebuah petirtaan/sumber air yang berada di tepi jalan. Petirtaan ini dikelilingi oleh pagar kawat, masuk ke dalamnya terhampar sebuah sumber air yang jernih. Diberi nama Segaran, tempat tersebut menjadi tujuan segelintir orang untuk memancing ikan.

Di sekeliling mata air tersebut, ada bata kuno kerajaan yang masih dipertahankan. Pengunjung tak diperbolehkan untuk mandi, takut jika merusak bata kuno. Dahulu kala, petirtaan ini dipakai untuk menjamu tamu dari negeri jauh. Mereka disuguhi makanan, minuman, dan juga tarian penyambutan. 

Setelah agenda itu selesai, peralatan berupa piring, sendok, dan gelas yang terbuat dari emas langsung dibuang dalam air petirtaan. Ini menunjukkan bahwa Majapahit ingin dikenal sebagai negara yang kaya dan mulia. Terlepas dari semuanya, petirtaan bernama kolam Segaran masih diutamakan dalam penyimpanan air dan bendungan untuk meminimalisir bencana banjir.

Beralih ke pohon dan bunga-bunga hias yang mengelilingi area Candi Tikus. Candi ini posisinya menuruni tangga dan dikepung oleh petirtaan. Saat hujan dan air memenuhi petirtaan, bisa saja sebagian bangunan candi tenggelam. Petirtaan yang sangat cantik ini menjadi area pemandian putri dan keluarga kerajaan pada masa lalu.

Nama Majapahit tak bisa terlepas dari Mahapatih Gajah Mada, seorang patih yang begitu berjasa bagi Kerajaan. Di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (Bergelar Maharaja Sri Rajasanagara), Gajah Mada mampu menyatukan seluruh wilayah Nusantara dan beberapa negara tetangga (Malaysia, Singapura dan lainnya) menjadi bagian Majapahit.

Penyatuan wilayah Majapahit oleh Mahapatih Gajah Mada tertuang dalam isi Sumpah Palapa. Sumpah paling kontroversial ini dibacakan di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Pendopo Agung Trowulan. Selain itu, di pendopo ini juga terdapat sebuah petilasan dari Raden Wijaya. Tempat untuk beliau bersemedi dalam menguatkan energi lahir dan batin sebelum membabat hutan Tarik (Dalam proses mengawali pembangunan kerajaan).

Istana Kerajaan Majapahit sendiri sudah hilang termakan zaman dan keberadaannya masih menjadi misteri untuk arkeolog. Ada pendapat yang mengatakan lokasinya di Trowulan (Daerah Sentonorejo dan sekitarnya), didukung temuan berupa Candi Kedaton, keramik asing, uang kepeng (uang sah kerajaan), tembikar kuno, dan sebuah kerangka manusia.

Namun ada pula yang beranggapan bahwa bangunan istana dekat dengan sungai Brantas. Bahkan ada yang berpendapat lokasinya di Daerah Jombang, Jawa Timur. Meski begitu, para ahli masih berusaha untuk menemukan istana kerajaan yang hilang. Istana megah itu tentunya sudah hancur karena bahan yang digunakan tergolong organik (kayu, tanah liat, dedaunan, bata merah). Selain itu, lokasi kerajaan yang dekat beberapa gunung berapi juga berpengaruh dengan musnahnya istana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun