3. Pembebasan pajak penghasilan
Bagi yang anaknya lahir normal (Qualifying Child Relief) bisa mengkalim pembebasan pajak penghasilan sampai $ 4.000, sedangkan yang lahir cacat (Handicapped Child Relief) bisa mengklaim sampai $ 7.500. Selain itu ada juga bantuan untuk ibu pekerja yang melahirkan (Working Mother’s Child Relief) yaitu klaim sampai 15% dari penghasilannya.
4. Insentive bagi perusahaan yang menerapkan pengaturan kerja yang fleksibel (flexible work arrangements)
Mengintensifkan dan mendukung lembaga perjodohan, agar pemuda Singapura lebih cepat melangsungkan pernikahan. Sejak January 1984 didirikan lembaga yang bertugas sebagai mak comblang (matchmaking) yaitu Social Development Unit (SDU). Â Fokusnya adalah memberikan bantuan perjodohan bagi sarjana yang masih jomblo.
Dari berbagai program yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan angka kelahiran itu, bisa dimaklumi betapa seriusnya pemerintah Singapura terhadap isu kependudukan dan betapa krisisnya kondisi saat ini menurut versi pemerintah Singapura.
Tetapi bisa dibayangkan juga kalau kita berandai-andai kebijakan pro natalis seperti di Singapura itu terjadi di Indonesia, maka akan bisa ditebak respon ataupun akibatnya bagi pasangan keluarga disini. Semua pasangan akan berlomba untuk berreproduksi untuk mendapatkan baby bonus. Dan tentu saja jumlah penduduk akan segera menjadi membengkak.
Akan tetapi lain dengan masyarakat di Singapura, berbagai rupa intensif keuangan itu faktanya tidak banyak berpengaruh. Indikator angka TFR-nya yang justru semakin menurun walaupun ada paket program pemberian uang tunai serta berbagai program lainnya menunjukkan sulitnya kampanye pro natalis itu di Singapura. Sehingga kebijakan itu bisa dikatakan belum mencapai target yang diinginkannya. Keluarga Pasangan Usia Subur disana enggan ataupun tidak mau mengikuti kampanye pemerintah untuk memiliki anak 3 ataupun lebih. Dan sekarang ini, sampai dengan tahun 2020, sudah sekitar 34 tahun, jadi lebih dari 3 dekade pemerintah Singapura berikhtiar meningkatkan angka kelahiran, dengan berbagai cara dan kebijakan, tetapi angka TFR tidak bisa bergerak naik.
Apa penyebab sulitnya pasangan usia subur di Singapura untuk didorong memiliki anak, serta apa yang bisa diambil sebagai pelajaran?
Kemajuan ekonomi dan fokus pada kesuksesan
Singapura adalah negara yang maju dan makmur. Dengan penduduk yang relatip sedikit dan dengan kekayaan negara yang melimpah, memberikan kemudahan dalam berbagai layanan kepada rakyatnya. Sampai dengan bulan Juni 2019 yang lalu, penduduk Singapura mencapai 5,7 juta jiwa. Dari jumlah penduduk itu yang merupakan penduduk asli (citizens) dari Singapura adalah 3,5 juta. Selebihnya, 525 ribu warga asing yang diberi izin tinggal permanen, dan 1,68 juta pekerja asing.
Ada 3 etnis di Singapura yaitu China 76,2%, Melayu; 15% dan India; 7,4%. Dan diakui etnis Melayu sebagai penduduk asli.
Luas daratannya mencapai 725.7 km2 yang hanya 1/7 dari luas pulau Bali yang mencapai 5.636 km². Tetapi masih lebih luas dari Kota Jakarta yang hanya 661,5 km².
Walaupun luasnya hanya seuprit dibanding pulau Jawa, tetapi ternyata untuk di negara ASEAN, Singapura berada pada rangking ke-5 dalam hal gross domestic product (GDP) menurut data IMF per Oktober 2019. GDP Singapura mencapai 362.818 juta US dollar. Angka itu sedikit lebih rendah dari tetangganya Malaysia sebesar 365.303 juta US dollar dan di atas Vietnam yang hanya 261.637 juta US dollar, walaupun penduduk Vietnam mencapai 95 juta jiwa.