Mohon tunggu...
Gede AgusJuniarta
Gede AgusJuniarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tendik Undiksha

Hobi Fotografi, Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Perangkap Keuangan Digital: Bahaya Impulsif Belanja Online

28 September 2023   18:30 Diperbarui: 28 September 2023   18:47 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Oleh : Gede Agus Juniarta

(Mahasiswa Prodi S-2 Imu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha)

Pendahuluan

Di era digital yang berkembang pesat ini, pola belanja dan perilaku keuangan mengalami transformasi yang signifikan. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara kita berbelanja, tetapi juga bagaimana kita mengelola keuangan pribadi. Seiring dengan kemajuan teknologi dan penetrasi internet yang semakin luas, masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, semakin terlibat dalam aktivitas keuangan digital.

Pola belanja telah berubah secara fundamental. Masyarakat sekarang lebih cenderung untuk berbelanja secara online, menggunakan aplikasi e-commerce, dan memanfaatkan dompet digital atau e-wallet. Kebijakan pembayaran digital, seperti kartu kredit, juga semakin umum digunakan. Kemudahan dan kenyamanan berbelanja secara online telah menjadi daya tarik utama bagi banyak orang.

Era digital telah membawa kemudahan tak terbayangkan dalam berbelanja. Sekarang, dengan hanya beberapa klik, kita dapat membeli produk dari seluruh dunia dan menghemat waktu berharga. Namun, di balik kenyamanan ini, tersembunyi bahaya besar yang mengintai keuangan kita,  perilaku impulsif belanja online.


Kajian Pustaka

Era merupakan periode waktu yang memiliki karakteristik tertentu. Sedangkan, digital terambil dari bahasa Yunani “digitus” yang memiliki arti jari jemari. Istilah digital merujuk pada hal yang berkaitan dengan angka, khususnya angka biner. Biner menjadi inti dari komunikasi digital dengan menggunakan angka 0 dan 1 yang diatur dalam deretan kode berbeda untuk mempermudah pertukaran informasi. (Verdinandus, Taufiq,& Wiyanto, 2019)

Dompet digital menurut Bank Indonesia adalah layanan elektronik untuk menyimpan data instrumen pembayaran, antara lain alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan/atau uang elektronik, yang dapat menampung dana untuk melakukan pembayaran. Dompet digital memiliki teknologi yang berbasis server yang selanjutnya dieksekusi dengan menggunakan aplikasi. Setiap penggunanya harus terhubung dengan jaringan internet dan penyedia layanan agar bisa menggunakannya. Dua komponen utama yang dimiliki dompet digital adalah perangkat lunak dan informasi (Effendy, 2021).

Menurut Sagayarani (2021), pembayaran digital merupakan cara pembayaran yang dilakukan melalui mode digital, pada mode digital pengirim dan penerima menggunakan mode digital untuk mengirim dan menerima uang. Hal itu bisa juga disebut dengan pembayaran elektronik. Semua transaksi yang dilakukan bersifat online, cara ini lebih cepat dan nyaman dalam melakukan transaksi.

Menurut Ikatan Bankir indonesia (2014:235) manfaat yang ditawarkan oleh dompet digital adalah kepraktisan dalam transaksi sehingga masyarakat umum dapat menggunakan untuk kegiatan ekonomi yang bersifat massal dimana membutuhkan kecepatan transaksi dan biasanya menggunakan uang dalam pecahan kecil, misalnya transaksi pembayaran akses jalan tol, tiket kereta, e-commerce, dan lain sebagainya

Belanja online (online shopping) adalah proses di mana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa, dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real time tanpa suatu media perantara melalui internet. (Mujiyana & Elissa, 2013)

Pengertian e-commerce adalah suatu proses transaksi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam membeli dan menjual berbagai produk secara elektronik dari perusahaan ke perusahaan lain dengan menggunakan komputer sebagai perantara transaksi bisnis yang dilakukan. (Loudon,1998)

Pembahasan

Belanja online bisa menjadi pengecualian yang mematikan dari semua perencanaan keuangan yang bijak yang telah kita susun. Sebuah penelitian dari Allianz Life menemukan bahwa 76% dari mereka yang berbelanja online mengaku melakukan pembelian impulsif. Menurut Beatty dan Ferrell (1998) pembelian impulsif adalah pembelian yang mendadak dan segera tanpa ada niat sebelum melakukan belanja kategori produk tertentu. Mengapa kita cenderung jatuh ke dalam perangkap ini?

Pertama, kemudahan Akses, Akses yang sangat mudah ke toko online dan aplikasi belanja membuat proses belanja online sangat nyaman. Konsumen dapat dengan cepat mengakses berbagai produk dan layanan tanpa harus meninggalkan rumah atau kantor. Sebagian besar platform e-commerce telah dirancang untuk membuat proses belanja semudah mungkin. Iklan yang ditargetkan, ulasan pelanggan, dan sistem pembayaran yang disimpan memudahkan kita untuk mengklik "Beli" tanpa perlu berpikir panjang.

Kedua, perasaan mendesak. Penawaran terbatas, potongan harga yang terbatas waktu, atau produk yang tampaknya langka dapat memicu keputusan impulsif. Kita takut kehilangan kesempatan, dan inilah saat ketika rasionalitas kita melemah.

Ketiga, pengaruh media sosial. Konten iklan yang menarik di media sosial sering kali mendorong kita untuk membeli produk yang tidak kita butuhkan. Orang lain memamerkan barang-barang baru mereka, menciptakan rasa ingin memiliki yang kuat.

Keempat, Pengalaman Belanja yang Menyenangkan, belanja online seringkali disajikan dalam pengalaman yang menyenangkan. Antarmuka pengguna yang menarik, gambar produk yang menarik, dan proses pembayaran yang lancar dapat membuat belanja online menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menggoda.

Kelima, Kecanduan Digital, Beberapa individu mungkin mengalami kecanduan terhadap perangkat digital dan internet. Kecanduan semacam ini dapat membuat mereka rentan terhadap perilaku belanja online yang impulsif.

Keenam, Teori FOMO (Fear of Missing Out): Perasaan takut ketinggalan (FOMO) adalah faktor penting dalam perilaku belanja impulsif. Konsumen mungkin merasa tertekan untuk membeli produk atau layanan tertentu karena mereka khawatir akan melewatkan sesuatu yang penting atau populer. Pentingnya menyadari bahaya impulsif belanja online tidak dapat dianggap enteng. Ketika kita terjebak dalam siklus belanja impulsif, keuangan kita dapat terganggu parah. Utang kartu kredit menumpuk, tabungan berkurang, dan stres finansial meningkat.

Kesimpulan

Impulsif belanja online adalah perilaku di mana seseorang membuat pembelian tanpa pertimbangan yang matang, sering kali dipicu oleh faktor-faktor emosional atau penawaran promosi. Fenomena ini marak dalam era digital, tetapi memiliki beberapa dampak negatif:

  1. Boros: Impulsif buying dapat menghabiskan uang dengan cepat dan membuat seseorang semakin boros. Hal ini dapat mengganggu perencanaan keuangan yang matang.

  2. Kurangnya Pertimbangan: Pembelian impulsif seringkali dilakukan tanpa pertimbangan yang matang terkait kebutuhan atau nilai sebenarnya dari produk tersebut.

  3. Pengaruh Promosi: Penawaran diskon besar dan promosi online dapat menjadi pemicu utama impulsif buying. Konsumen cenderung terjebak oleh penawaran yang terlalu menggiurkan.

  4. Penggunaan Perangkat Mobile: Berbelanja online melalui perangkat mobile memungkinkan konsumen untuk berbelanja kapan saja dan di mana saja, yang dapat meningkatkan perilaku impulsif.

  5. Kurangnya Literasi Keuangan: Kurangnya pemahaman tentang keuangan dapat membuat individu lebih rentan terhadap perilaku konsumtif.

Rekomendasi 

Bagaimana kita dapat menghindari perangkap ini?

Pertama, pertimbangkan kembali setiap pembelian secara cermat. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya diinginkan. Buatlah daftar belanja yang terencana sebelumnya dan tetapkan anggaran.

Kedua, berikan diri waktu untuk mempertimbangkan pembelian. Tidak ada yang salah dengan meninggalkan keranjang belanjaan selama beberapa hari sebelum benar-benar membeli. Ini memberi waktu untuk memikirkan apakah benar-benar membutuhkannya.

Ketiga, batasi aksesibilitas kartu kredit maupun dompet digital. Simpan informasi kartu kredit maupun dompet digital dengan hati-hati dan pertimbangkan untuk menghapusnya dari situs web toko online yang sering dikunjungi. Dengan cara ini, akan lebih berpikir dua kali sebelum melakukan pembelian.

Keempat, tetapkan batasan waktu untuk berbelanja online. Hindari menjelajahi situs web toko online saat bosan atau tanpa tujuan yang jelas.

Kelima, hapus aplikasi belanja, Jika merasa aplikasi belanja di ponsel memicu perilaku impulsif, pertimbangkan untuk menghapusnya. Ini akan membuatnya lebih sulit untuk mengaksesnya.

Keenam, Hindari Belanja saat Emosional, Hindari berbelanja online saat sedang marah, stres, atau sedih. Emosi yang kuat dapat memicu pembelian impulsif sebagai bentuk pelarian atau kenyamanan.

Menghindari bahaya impulsif belanja online memerlukan kesadaran diri dan kendali diri. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, dapat mengelola perilaku belanja online dengan lebih baik. Penting untuk mengingat bahwa belanja online itu tidak buruk, asalkan kita melakukannya dengan bijak. Menjadi cerdas dalam mengelola perilaku belanja online adalah langkah penting menuju keuangan yang lebih sehat dan stabil. Jadi, sebelum mengklik "Beli" berikutnya, tanyakan pada diri apakah itu kebutuhan atau keinginan.

Daftar Pustaka

Ikatan Bankir Indonesia, 2014, Memahami Bisnis Bank, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Laudon & Laudon,https://Gramedia.com/literasi/e-commerce

M. Mujiyana, and I. Elissa, "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN VIA INTERNET PADA TOKO ONLINE," J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, vol. 8, no. 3, pp. 143-152, Sep. 2013. https://doi.org/10.12777/jati.8.3.143-152

pintarjualan.id, "Pengertian Belanja Online: Fungsi, Manfaat, Kelebihan, Kekurangan, dll",diakses 28 September 2023, https://pintarjualan.id/pengertian-belanja-online/#1-definisi-belanja-online-menurut-para-ahli

Verdinandus Lelu Ngongo, Taufiq Hidayat, dan Wiyanto, “Pendidikan  di Era Digital,” dalam Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 2019, 631, https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/3093/2912.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun