5 Kuliner Khas Jawa yang Terancam Punah
Jawa bukan hanya sekedar ucapan "Jawa Adalah Kunci", tetapi juga menyimpan banyak sekali budaya yang memiliki makna cukup dalam. Bukan hanya "Kebo Giro", tapi kulinernya juga terkenal, bahkan kini, kuliner khas jawa bisa ditemukan hampir di mana saja. Kuliner khas jawa bukan hanya gethuk, gudeg, urap-urap, atau bakmi jowo, tapi juga masih banyak kuliner-kuliner khas desa yang sudah jarang ditemui di luar pawon pedesaan milik simbah. Dan berikut adalah beberapa kuliner khas jawa yang terancam punah :
Sayur Lodeh Kembang Turi Khas Jawa Timur
Sayur lodeh adalah hidangan yang akrab di telinga, tetapi lodeh yang dibuat dengan bahan dasar bunga turi mungkin belum begitu akrab bagi sebagian orang. Hidangan ini dulunya menjadi menu sehari-hari di pedesaan Jawa Timur, terutama saat musim bunga turi mekar. Bunga turi yang berwarna putih atau merah muda, dengan tekstur renyah dan sedikit rasa pahit, diolah dalam kuah santan gurih, ditemani tempe atau kacang panjang.
Dilansir dari berbagai sumber, ketersediaan kembang turi yang musiman menjadi kendala utama. Selain itu, proses pengolahannya yang butuh ketelatenan untuk membersihkan setiap tangkai bunga, serta perubahan preferensi kuliner ke masakan yang lebih instan, membuat hidangan ini kian terpinggirkan. Generasi muda mungkin tidak banyak yang familiar dengan bunga turi dan juga cara mengolahnya.
Gudeg Manggar Khas Yogyakarta
Jika gudeg nangka sudah menjadi ikon, gudeg manggar adalah versi yang lebih otentik dan langka dari Yogyakarta. Kuliner ini dibuat dari manggar, atau tunas bunga kelapa muda. Teksturnya yang lebih garing dan padat, serta rasanya yang gurih, membedakannya dari gudeg nangka yang umumnya lembut dan manis. Gudeg manggar sendiri sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram Islam dan konon menjadi hidangan favorit para bangsawan. Gudeg ini disajikan untuk tamu-tamu terhormat sebagai simbol penghormatan.
Namun, karena proses pembuatan gudeg manggar sangat rumit dan memakan waktu. Bahan baku utamanya, manggar, tidak mudah didapat. Pohon kelapa harus ditebang untuk mengambil manggarnya, dan tidak boleh sembarangan. Akibatnya, gudeg manggar menjadi sangat mahal dan penjualnya kini bisa dihitung jari. Mayoritas masyarakat pun lebih memilih gudeg nangka yang lebih ekonomis dan mudah didapat.
Botok Tawon Khas  Jawa Tengah
Botok atau Botheok adalah hidangan yang sudah dikenal luas. Namun, botheok tawon, yang terbuat dari sarang lebah, adalah kuliner yang penuh unik dan cenderung ekstrem. Sarang lebah yang masih muda, lengkap dengan larva dan madunya, dicampur dengan parutan kelapa, bumbu, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Botheok tawon adalah bagian dari tradisi kuliner di pedesaan Jawa Tengah yang memanfaatkan segala potensi alam. Dahulu, hidangan ini sering dibuat oleh para pencari madu sebagai cara mengolah sarang lebah yang mereka temukan.
Kelangkaan botheok tawon adalah hal yang wajar. Selain sulit dan berisiko untuk mendapatkan bahan bakunya, hidangan ini juga tidak cocok untuk lidah semua orang. Proses pembuatannya yang butuh kehati-hatian ekstra dan stigma bahwa mengonsumsi serangga dianggap tidak lazim di era modern, membuat hidangan ini kian tergerus zaman.
Janganan Lombok dari Wonogiri