FOMO Olahraga: Ketika Gaya Hidup Sehat Berubah Jadi Tekanan Sosial
Baru-baru ini, ada fenomena menarik di kota besar, yakni kelas yoga penuh setiap sore, komunitas lari tumbuh di mana-mana, dan feed Instagram dibanjiri foto gym dengan caption motivasi. Dari luar, ini terlihat positif. Namun, pernahkah muncul rasa gengsi atau ketakutan saat tidak ikut tren tersebut? Jika iya, itulah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out) dalam konteks olahraga.
Menurut survei Global Web Index, 56% milenial mengaku media sosial memengaruhi kebiasaan olahraga mereka. Hal serupa ditemukan di Indonesia, di mana tren olahraga berbasis komunitas meningkat signifikan dalam 5 tahun terakhir, terutama di kalangan usia produktif. Hal ini juga sejalan dengan meningkatnya minat terhadap body goals yang sering dipromosikan influencer.
Sisi Positif: Disiplin & Koneksi Sosial
Tidak bisa dipungkiri, FOMO bisa menjadi sebuah motivasi. Banyak orang akhirnya rutin berolahraga karena ingin "ikut" tren. Studi dari Journal of Health Psychology menunjukkan, dukungan komunitas meningkatkan konsistensi latihan hingga 40%.
Namun, masalah muncul ketika olahraga bukan lagi kebutuhan tubuh, melainkan ajang pamer atau show off. Psikolog olahraga menyebut fenomena ini sebagai "toxic fitness culture", yang bisa memicu stres, gangguan citra tubuh, hingga cedera akibat overtraining. Harvard Medical School mengingatkan, terlalu memaksakan olahraga tanpa pemulihan justru meningkatkan risiko peradangan dan kelelahan kronis.
Karena toxic fitness culture ini, akhirnya ada yang memaksakan diri ikut maraton tanpa persiapan cukup, berakhir di ruang IGD. Atau, mereka yang merasa gagal hanya karena tidak mengikuti kelas workout kekinian. Ironis memang, olahraga yang seharusnya menyehatkan malah menambah tekanan mental.
Tips agar Olahraga Tetap Sehat, Bukan Sekadar Tren
- Tentukan tujuan utama berolahraga, apakah untuk kesehatan, atau sekadar menghindari ketinggalan?
- Mulai dari 0 merupakan langkah yang sangat realitsis, karena 150 menit aktivitas sedang per minggu (WHO) sudah cukup.
- Jangan lupa untuk memprioritaskan pemulihan, istirahat dan tidur yang cukup juga tidak kalah penting dari aktifitas fisik.
- Kurangi FOMO, semua orang memiliki minat di masing-masing bidang. Pada akhirnya, olahraga tujuannya sama, agar fisik dan mental menjadi lebih sehat dan kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI