Mohon tunggu...
Agus Jogja Training
Agus Jogja Training Mohon Tunggu... CEO Kelas Instruktur

Saya membangun platform kelasinstruktur.com sebagai media penghubung antara para trainer dan penyelenggara training atau peserta korporat, setiap orang punya kesempatan mencoba menjadi pengajar profesional, menambah jam terbang dan relasi dengan para profesional.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Cerita, Bukan Hanya Jualan: Cara Brand Menjadi Manusia di Era Digital

6 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 5 Agustus 2025   14:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/liking-a-photo-on-instagram-5052877/ 

Di era digital saat ini, audiens tidak hanya mencari produk. Mereka mencari hubungan, makna, dan rasa percaya. Mereka ingin tahu, siapa kamu di balik logo itu? Apa tujuanmu memberitahu ini? Kenapa aku harus peduli?

Brand bukan lagi soal siapa yang paling ramai bicara. Tapi siapa yang paling bisa membekas di memori audiens.

Buat kamu yang sedang membangun UMKM, brand lifestyle, jadi kreator konten, atau merintis startup, artikel ini cocok buat kamu. Berikut adalah cara-cara sederhana untuk membuat brandmu lebih "manusia", lebih dekat, dan lebih membekas.

1. Mulailah dari Cerita Asal-usulmu

Orang mungkin beli produkmu sekali karena butuh. Tapi mereka akan kembali karena mereka merasa terhubung.

Ceritakan bagaimana brandmu lahir. Apakah kamu memulai usaha karena kehilangan pekerjaan? Karena ingin mengangkat warisan keluarga? Karena mimpi masa kecil? Cerita-cerita seperti ini menjadikan brandmu nyata, bukan sekadar toko online.

Tips praktis:
Tulis "kenapa kamu mulai" di halaman profil media sosial atau situsmu. Ubah jadi video pendek. Unggah ulang secara berkala.

2. Tampilkan Wajah dan Suara di Balik Brand


Brand yang manusiawi = ada manusia di dalamnya.

Jangan sembunyi di balik desain grafis atau produk saja. Tampilkan dirimu atau timmu. Ceritakan hari-hari kalian, tantangan kalian, bahkan kegagalan kecil. Ini membuat audiens merasa mereka bukan bicara dengan "akun jualan", tapi dengan seseorang.

Tips praktis:
Gunakan fitur Stories atau Behind the Scenes. Pakai caption yang jujur, bukan hanya copywriting formal.

3. Gunakan Bahasa yang Dekat, Bukan Dingin


Audiens nggak butuh dibombardir kata-kata persuasif. Mereka ingin dimengerti.

Tinggalkan jargon. Gantilah dengan bahasa sehari-hari. Sesuaikan dengan audiensmu, apakah mereka Gen Z, ibu rumah tangga, atau pekerja kantoran muda. Semakin dekat bahasamu, semakin mudah mereka percaya.

Tips praktis:
Coba tulis caption seolah-olah kamu sedang ngobrol lewat chat. Ucapkan "makasih" alih-alih "terima kasih atas partisipasi Anda".

4. Angkat Nilai yang Kamu Percayai


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun