Mohon tunggu...
Dr. Agus Hermanto
Dr. Agus Hermanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Hukum Keluarga Islam

Dr. Agus Hermanto adalah dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Lampung, selain itu juga aktif menulis buku, jurnal, dan opini. Penulis juga aktif di bidang kajian moderasi beragama, gender dan beberapa kajian kontemporer lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Membentengi Fitrah Pasca Idul Fitri

7 Mei 2022   06:48 Diperbarui: 7 Mei 2022   06:57 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Menjaga Fitrah dengan Benteng Iman dan Taqwa

Suasana hari lebaran begitu meriah, setiap rumah menyajikan ragam makanan, tentunya hal ini sebagai ekspresi dari dihalalkannya makanan dan diharamkan nya shiyam (puasa), puasa sebagai simbul ibadah yang perlu persiapan baik secara fisik maupun batin, dan pada hari lebaran, setiap kita dalam keadaan fitrah dalam benteng iman dan taqwa yang kuat dan kokoh. Fitrah seperti halnya kertas putih yang belum ada goresan pena maupun tulisan, sehingga setiap kita kembali pada kesucian jiwa yang harus dipertahankan, sebagai buah taqwa dalam perjalanan panjang selama ramadhan yang harus benar-benar dapat kita rasakan dan aplikasikan dalam kehidupan ini.

Rendah hati, qana'ah, wira'i dan yaqin, merupakan bekal selama idul Fitri, rendah hati dengan mau meminta maaf, mengaku salah, dengan tidak merasa benar sendiri dan paling benar adalah sikap dan bertindak tanduk yang harus dijaga. Merasa bersalah dan mau meminta maaf merupakan akhlak yang paling mulia dan merupakan sempurnanya akhlak, sehingga semuanya menjadi halal, zero, bersih tanpa salah dan khilaf,  maka dari situlah muncul istilah halal bi halal yang merupakan sebuah tradisi yang telah mengakar di masyarakat.

Memaafkan dan saling memaafkan adalah perbuatan yang sangat mulia, betapa banyak kesalahan kita kepada keluarga, saudara, sanak famili, kawan dan seluruh makhluknya Allah yang selama bermuamalah mungkin tersinggung dengan tutur kata kita, dan ucapan kita baik yang kita sengaja dan yang paling banyak dari ucapan yang tidak sengaja ternyata menyakiti orang lain, yang akan menjadi penghambat bagi kita untuk menuju jalan ke surgaNya Allah sang Pemiliknya.
Setelah kita kembali kepada fitrah, maka bagaimana upaya kita agar senantiasa istiqamah dalam keimanan dan ketaqwaan yang selama bulan Ramadhan kita bina, kita pertahankan hingga menjadi sesuatu yang konsisten dan istiqomah. Amaliyah kita pasca idul Fitri ini senantiasa terjaga dan terbina dengan keberkahannya.

Aplikasi setelah idul fitri inilah even yang sangat urgen untuk merubah diri kita, yang mungkin sebelum ramadhan ada keburukan dari amalaiyah yang kita lakukan, maka pada pasca kemenangan ini kita harus berupaya untuk merubahnya, karena selama ramadhan kita sudah terbina, menjalani segala kehidupan yang terjaga dari segala godaan hawa nafsu yang jika kita ikuti akan menjerumuskan. Bukan hanya sekedar makan dan minum saja, melainkan batin kita, yaitu mata, telinga, lisan, dan segala panca indra kita.

Pada hari idul fitri, kita buka telinga dan mata kita agar kita senantiasa peka terhadap segala yang telah kita lakukan dan kemudian sadar diri untuk tetap menjadi yang terbaik, muhasabah diri, serta tetap menjaga dan membentengi kita dari segala hal yang akan menjerumuskan pada keburukan, agar senantiasa terjaga, karena buah keikhlasan akan kita dapatkan buah dari ikhlas tersebut yaitu ridha Allah SWT.


Membentengi diri dengan iman dan taqwa itulah yang akan mampu kemudian menggapai ridha Allah untuk kembali kepada fitrah, hingga menjadi insan yang mulia dihadapan Allah maupun dihadapan manusia pada umumnya. Hal ini akan dapat kita pertahankan apabila kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena hanya dengan mendekatkan kepada setiap amaliyah kita terjaga dan ter bentengi, karena sesungguhnya tiada daya, tiada upaya kecuali atas kehendakNya, sang pemilik alam raya, sang pemberi kehidupan dan sang pembinasa alam semesta ketika sudah jatuh pada watu dan masa yang telah digariskannya. 

Menjaga hati dan akal kita merupakan sebuah ikhtiar baik yang harus kita lakukan, hingga kita dapat membentengi diri kita, karena ketika hati kita yang fitrah tanpa ada upaya untuk membentenginya akan mungkin saja terbawa pada arus kehidupan yang sepihak, yaitu cinta pada duniawi tanpa dibarengi dengan tujuan ukhrawi yang kekal abadi selamanya sepanjang kehidupan yang tiada batas. 

Kehidupan duniawi hanyalah sementara, hingga kita harus benar-benar sadar diri, bahwa hidup kita sekedar beribadah dan beramal shalih yang akan menghantarkan kita pada kebaikan dan ridha Allah SWT, hingga Allah menilai kita dengan balasan pahala serta surga yang dijanjikanNya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun