Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Bajaj di Bekasi: Jejak Tranportasi Rakyat yang Hampir Punah

15 Oktober 2025   18:47 Diperbarui: 15 Oktober 2025   20:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bajaj Bekasi, 15/10/2025.(Sumber: Dokumen Pribadi)

Kini di era serba daring, hubungan itu tergantikan oleh peta digital dan tarif tetap. Cepat, efisien, tapi dingin.
Mungkin karena itulah ketika saya melihat bajaj biru di depan RS. Bella sore tadi hati ini mendadak hangat, seolah bertemu teman lama yang tak sengaja kembali.

Bajaj dan Daya Tahan Warga Pinggiran

Kalau dipikir-pikir, bajaj adalah simbol ketahanan warga kota pinggiran. Ia bukan kendaraan elit, tapi selalu menemukan cara untuk bertahan di ruang sempit: gang kecil, pasar tradisional, atau halaman rumah sakit.
Kendaraan itu tumbuh di sela-sela kota besar yang sibuk mengejar modernitas.

Sama seperti banyak warga yang hidup di Bekasi, mereka bekerja di Jakarta, menempuh jarak jauh setiap hari, tapi tetap pulang ke rumah kecil di gang sempit yang penuh kehidupan.
Mungkin karena itu bajaj terasa dekat: sederhana, keras, tapi setia menemani keseharian.

Saya jadi berpikir, mungkin sopir bajaj di RS. Bella itu bukan operator resmi, melainkan warga sekitar yang mempertahankan kendaraan lamanya untuk antar jemput tetangga atau pasien.
Kalau benar begitu maka bajaj biru itu bukan sekadar alat transportasi, melainkan tanda solidaritas di tengah kota yang kian individualistis.

Suara Mesin yang Nostalgis

Suara bajaj itu khas: prumm-prumm kecil yang tak nyaring tapi bergetar di dada.
Suara yang dulu kita anggap bising kini justru terasa nostalgik, seperti gema masa lalu yang menolak padam.
Ia mengingatkan saya pada masa ketika jalanan belum sepenuh sekarang, ketika perjalanan tidak selalu tergantung sinyal dan kuota internet.

Mungkin ini alasan kenapa saya begitu terkesan melihatnya hari ini.
Di tengah deru mobil modern dan mobil listrik yang mulai bermunculan, suara bajaj biru itu seperti penanda bahwa rakyat kecil masih punya tempat di jalanan kota.

Antara Hilang dan Bertahan

Bekasi seperti kota penyangga lainnya, sering terjebak antara dua dunia: ingin modern seperti Jakarta, tapi masih menyimpan denyut kehidupan kampung di dalamnya.
Selanjutnya bajaj entah bagaimana, merepresentasikan dilema itu dengan sangat jujur.

Ia bukan masa lalu yang sepenuhnya usang, tapi juga bukan masa depan yang akan disambut gembira.
Ia sekadar hadir tetap berputar, membawa siapa pun yang masih percaya bahwa kendaraan kecil pun bisa menjadi bagian dari kota besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun