Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Bajaj di Bekasi: Jejak Tranportasi Rakyat yang Hampir Punah

15 Oktober 2025   18:47 Diperbarui: 15 Oktober 2025   20:24 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bajaj Bekasi, 15/10/2025.(Sumber: Dokumen Pribadi)

Saya pikir bajaj sudah lama punah di Bekasi. Tapi sore tadi di depan RS. Bella, mata saya mendadak menangkap sesuatu yang membuat langkah terhenti: sebuah bajaj biru meluncur pelan, mengantar seorang bapak tua yang kemudian dijemput petugas dengan kursi roda. Dari dalamnya tampak seorang ibu yang sibuk menyiapkan pembayaran. Pemandangan sederhana itu membuat saya bengong beberapa detik.

Bajaj. Di Bekasi.
Kapan terakhir kali saya melihatnya?

Bertahun-tahun lalu pemandangan seperti itu hanya saya temui di Jakarta di perempatan Senen atau Pasar Rumput, di antara hiruk-pikuk bus kota dan aroma bensin campur debu. Kini di kota yang setiap jengkalnya sudah dijejali mobil, motor, dan ojek daring, keberadaan bajaj biru seperti hantu masa lalu yang tersesat di jalur modernitas.

Warisan yang Hampir Terhapus

Sedikit orang tahu, Bekasi sebenarnya pernah punya program resmi bajaj. Sekitar tahun 2016, Pemerintah Kota Bekasi meluncurkan angkutan lingkungan roda tiga berbahan bakar gas (BBG) sebagai bagian dari upaya menuju kota ramah lingkungan. Warna biru menjadi identitasnya: menandakan era baru yang lebih bersih, lebih senyap, dan lebih manusiawi dibandingkan bajaj oranye di Jakarta yang legendaris tapi terkenal bising dan berasap.

Namun idealisme itu tak berumur panjang.
Jumlah bajaj yang dioperasikan terbatas. Rute yang diizinkan pun hanya di sekitar perumahan dan jalan-jalan kecil, agar tidak menambah kemacetan di jalur utama. Infrastruktur pengisian BBG pun minim, membuat banyak pengemudi akhirnya menyerah.

Dalam hitungan tahun bajaj biru Bekasi menghilang begitu saja, tenggelam oleh motor-motor ojek daring yang lebih cepat dan lebih praktis.

Ketika Modernitas Menyisihkan yang Rakyat

Hari ini hampir semua orang lebih akrab dengan aplikasi ketimbang angkot, apalagi bajaj. Pergeseran itu terasa wajar, tapi juga meninggalkan sesuatu yang hilang: rasa kemanusiaan di balik perjalanan.

Bajaj dengan segala kekurangannya, dulu memberi ruang bagi percakapan kecil antara sopir dan penumpang. Di situ ada tawar-menawar, ada sapaan, ada solidaritas. Tak ada algoritma atau bintang rating, yang ada hanya dua manusia yang sama-sama ingin sampai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun