Namun perubahan tidak bisa berhenti di level pengelola. Kita, para pendaki, pecinta alam, dan masyarakat luas, harus menjadikan rasa malu sebagai kompas moral baru. Malu membuang sampah sembarangan, malu membakar pohon untuk memasak, malu memposting pemandangan tanpa ikut menjaga kelestariannya.
Akhir yang Belum Selesai
Gunung Gede Pangrango menutup diri, tapi sesungguhnya yang harus dibuka adalah mata dan hati manusia.
Penutupan ini bukan tragedi, melainkan peringatan paling lembut dari alam bahwa semua yang indah bisa menua dan luka bila terus dipaksa melayani keserakahan.
Mungkin, ketika nanti gerbang pendakian dibuka kembali, kita akan melangkah dengan lebih pelan. Tidak lagi untuk menaklukkan puncak, tapi untuk menundukkan ego.
Selanjutnya di sana, di bawah sinar pagi Suryakencana yang kembali jernih, kita akan belajar lagi bagaimana menjadi manusia yang tahu diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI