Pendahuluan
Beberapa minggu lalu, laptop saya mulai terasa berat. Proses booting lambat, Adobe Premiere Pro 2022 sering not responding, dan yang paling bikin panik: drive C kurang dari 2 gigabyte saja! Padahal, saya sudah menghapus beberapa aplikasi besar seperti CorelDRAW, Camtasia, bahkan beberapa browser cadangan.
Sebagai seorang editor film, ruang penyimpanan adalah urat nadi kerja. Semua render, cache, dan proyek video berjalan lancar hanya kalau drive sistem cukup longgar. Tapi entah kenapa, meski sudah bersih-bersih, kapasitas drive C tetap menyempit seperti tersedot sesuatu yang tak kasat mata.
Mencari Akar Masalah
Awalnya saya menduga ada file sisa aplikasi yang belum terhapus sempurna. Namun setelah mencari manual lewat File Explorer, hasilnya nihil. Saya sempat berpikir, mungkin ini waktunya instal ulang Windows solusi ekstrem yang sering diambil pengguna saat kehabisan ide.
Tapi sebelum melangkah sejauh itu, saya mencoba hal yang berbeda: bertanya pada ChatGPT.
Saya hanya menulis,
"Saya sudah uninstall banyak aplikasi termasuk CorelDRAW, tapi space drive saya masih kecil. Bisa bantu?"
Yang mengejutkan, ChatGPT langsung menuntun saya langkah demi langkah, bukan sekadar teori. Ia menjelaskan mengapa drive C bisa penuh secara misterius: dari cache Windows Update, temporary files, folder WinSxS, sampai sisa media cache Adobe yang diam-diam menumpuk di AppData. Semua disampaikan dengan cara sederhana tapi teknis.
Belajar Mengenal Sistem Sendiri
Dari percakapan itu, saya jadi paham bahwa Windows sebenarnya menyimpan banyak file sementara yang tidak terlihat langsung. Misalnya:
- Folder Temp dan %temp% berisi ribuan file instalasi sementara.
- SoftwareDistribution menyimpan file pembaruan Windows lama.
- Media Cache Adobe menumpuk setiap kali proyek Premiere dijalankan.
- Bahkan Virtual Memory (pagefile) bisa memakan belasan gigabyte tanpa terasa.
Saya diminta menelusuri semuanya lewat langkah-langkah yang aman: membuka System Properties > Advanced > Performance > Settings > Advanced > Virtual Memory, lalu memindahkan paging file dari drive C ke drive D.
Tak berhenti di situ, ChatGPT juga memberi tahu cara mengatur agar Premiere Pro tidak menumpuk cache di drive sistem, melainkan di hard disk eksternal tempat saya biasa menyimpan footage.
Rasanya seperti punya teknisi komputer yang sabar menemani dari belakang layar.
Membangun Skrip Pembersih Otomatis
Setelah memahami teori dasarnya, ChatGPT menuntun saya membuat skrip batch (.bat) semacam perintah otomatis Windows untuk membersihkan file tertentu.
Saya cukup membuka Notepad dan menyalin baris-baris kode yang diberikan. Di dalamnya ada instruksi seperti:
del /q /f /s "C:\Windows\Temp\*.*"
del /q /f /s "%temp%\*.*"
del /q /f /s "%UserProfile%\AppData\Roaming\Adobe\Common\Media Cache\*.*"
Kemudian disimpan dengan nama clean_driveC_editor.bat.
Saat dijalankan dengan Run as Administrator, jendela hitam Command Prompt menampilkan pesan demi pesan:
"Menghapus Windows Temp..."
"Menghapus Adobe Media Cache..."
"Mengosongkan Recycle Bin..."
Beberapa menit kemudian, muncul tulisan:
Press any key to continue...
Saya tekan Enter, dan selesai.
Hasil yang Langsung Terasa
Sebelum menjalankan skrip, ruang kosong drive C saya hanya sekitar 2 GB. Setelah pembersihan, angka itu melonjak menjadi sekitar 53 GB.
Artinya sekitar 51 gigabyte ruang sistem berhasil berhasil dibersihkan, dan itu sangat berarti untuk keleluasaan OS berjalan sekaligus ketika sedang mengedit proyek editing video berdurasi panjang.
Hasil akhirnya lebih dari sekadar menambah ruang, performa sistem pun terasa lebih ringan. Premiere Pro membuka proyek lebih cepat, Windows tidak lagi mengeluarkan peringatan Low Disk Space, dan booting kembali normal.
Rasanya seperti laptop saya diservis secara virtual, tapi tanpa harus membayar teknisi atau membuka obeng.
Refleksi: Belajar dari AI, Bukan Sekadar Diperintahkannya
Yang menarik dari pengalaman ini bukan sekadar hasilnya, tetapi proses dialognya.
ChatGPTÂ tidak mengambil alih komputer saya, tidak menjalankan perintah otomatis dari jauh, melainkan menjelaskan dan membimbing saya memahami apa yang sedang saya lakukan.
Saya jadi tahu:
- Mengapa tidak semua folder boleh dihapus sembarangan,
- Apa perbedaan cache dengan file sistem,
- dan bagaimana menjaga keseimbangan antara performa Windows dan kebutuhan editing video.
AI bukan lagi hanya alat menulis esai atau menjawab pertanyaan iseng, tapi bisa menjadi asisten teknis yang sabar dan edukatif.
Kolaborasi yang Menumbuhkan Pemahaman
Kini, saya menjadwalkan skrip clean_driveC_editor.bat berjalan setiap minggu sekali.
Semacam ritual kecil sebelum memulai proyek baru.
Saya tidak lagi takut drive C penuh tanpa sebab, karena sudah tahu ke mana harus mencari dan apa yang boleh dibersihkan.
Selanjutnya yang paling menyenangkan saya melakukannya dengan bimbingan percakapan, bukan trial-and-error.
Mungkin inilah bentuk kolaborasi paling nyata antara manusia dan kecerdasan buatan:
bukan menggantikan, tapi menuntun.
ChatGPTÂ membantu saya memahami sistem saya sendiri dan dari situ, laptop saya, serta saya sebagai penggunanya, sama-sama menjadi lebih cerdas.
Catatan:
Semua tindakan dilakukan berdasarkan panduan dari ChatGPT (GPT-5), dan dijalankan dengan penuh tanggung jawab oleh penulis.
Tulisan ini bukan promosi perangkat lunak tertentu, melainkan refleksi pengalaman pribadi bagaimana teknologi AI bisa dimanfaatkan secara bijak untuk meningkatkan performa kerja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI