Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi Sachet Vs Kopi Kampung: Cerita Waglo dari Subang

4 Oktober 2025   08:59 Diperbarui: 4 Oktober 2025   10:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemasan kopi racikan keluarga (Sumber: Dokumen Pribadi)

Kedai kopi keluarga (Dokumen: Pribadi)
Kedai kopi keluarga (Dokumen: Pribadi)

Sayangnya, usaha itu tak berjalan mulus. Wahana yang kami bangun kini mangkrak. Kopi Waglo masih ada dalam kemasan, tapi tidak lagi bergulir sebagaimana dulu.

Di Tengah Tren Kopi Sachet

Ketika saya melihat tren kopi sachet yang praktis, saya sering membandingkannya dengan Waglo. Kopi sachet lokal sebut saja Kapal Api, ABC, atau Torabika punya keunggulan: mudah, murah, cepat. Tinggal sobek sachet, seduh, dan rasa langsung hadir.

Tapi Waglo berbeda. Ia lahir dari kebun kecil di Subang, disangrai manual, dikemas seadanya, dan dipasarkan dengan harapan sederhana: agar kopi kampung tetap punya ruang.

Di sinilah saya merasa ada ironi. Kopi sachet besar bisa menembus pasar nasional bahkan internasional, sementara kopi lokal seperti Waglo sering berhenti di rak rumah sendiri.

Nilai yang Tak Bisa Disachetkan

Namun kalau dipikir-pikir, justru di situlah letak kekuatan Waglo. Kopi ini mungkin tidak praktis, tapi punya nilai yang tidak bisa disachetkan: cerita.

Ketika seseorang membeli Waglo, ia membeli lebih dari sekadar bubuk kopi. Ia membeli kisah tentang perbukitan Subang, tentang keluarga yang mencoba meracik mimpi dari kebun kecil, tentang doa yang disematkan dalam nama Kopi Tafakur.

Itu sesuatu yang tidak bisa ditemukan dalam kopi sachet pabrikan.

Harapan untuk Waglo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun