Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bank Sampah: Inovasi Warga untuk Lingkungan dan Kas Bersama

28 September 2025   17:28 Diperbarui: 29 September 2025   15:03 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bank sampah di pos ronda, pusat pengumpulan sampah terpilah dan minyak jelantah sebelum dijual ke pengolah limbah.(Sumber: Dokumen Warga)

Di lingkungan kami, kelestarian bukanlah kata asing. Selama ini, sampah rumah tangga diangkut rutin oleh petugas kebersihan kota menggunakan truk langsung ke TPA Bantargebang. 

Bersih memang, tetapi kami sadar cara itu belum sepenuhnya efektif. Sampah yang diangkut masih bercampur, tanpa ada upaya memilah mana yang bisa dimanfaatkan kembali dan mana yang benar-benar harus dibuang. 

Nilai tambah bagi warga pun tak pernah muncul, sebaliknya pemulung yang kurang bertanggung jawab kerap mengobrak-abrik bak sampah depan rumah tanpa merapihkannya kembali. Hanya untuk mendapatkan sampah plastik, atau sejenisnya yang masih laku dijual.

Dari kegelisahan itu, lahirlah sebuah ide sederhana yang kemudian berkembang: bagaimana jika sampah tak sekadar diangkut, tetapi juga dikelola lebih cerdas sehingga memberi manfaat lebih, baik untuk bumi maupun untuk warga? Pertanyaan itu menjadi pemicu langkah baru kami: mendirikan bank sampah di pos ronda sebagai pusat kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle).

Dari Rapat RT ke Aksi Nyata

Semua berawal dari rapat RT yang digelar semalam, tepatnya hari Sabtu/ 27 September 2025. Rapat ini sejatinya bukan hal baru bagi kami, kami biasa duduk bersama membicarakan masalah dan mencari solusinya.

Kali ini rapat membahas bantuan pemerintah seputar pembangunan fisik pos ronda, selain itu kami juga merumuskan bagaimana pos ronda bisa berfungsi lebih luas sebagai pusat inovasi lingkungan. Gagasan ini disambut antusias oleh warga, dalam hal ini seksi Lingkungan Hidup (LH) menjadi garda depan.

Mereka bertugas mengoordinasi pengumpulan sampah yang bernilai jual: mulai dari plastik, kardus, logam, hingga minyak jelantah. Pos ronda bukan sekadar tempat jaga malam, tapi juga titik kumpul sampah terpilah yang akan dijual ke pengolah limbah.

Kesepakatan teknis pun segera tercapai, setiap rumah tangga menyediakan wadah khusus untuk sampah yang masih bisa didaur ulang. Secara berkala sampah ini dikumpulkan di pos ronda dalam bank sampah, untuk selanjutnya ditimbang, lalu dicatat seperti layaknya transaksi bank. Dana hasil penjualan nantinya masuk ke kas warga, digunakan untuk perawatan fasilitas umum atau kegiatan sosial.

Minyak Jelantah: Dari Limbah ke Energi

Yang menarik, bukan hanya sampah padat yang menjadi fokus. Minyak jelantah, yang selama ini sering dibuang ke saluran air atau dituang ke tanah, kini dikumpulkan secara khusus. Banyak warga yang awalnya tidak menyangka bahwa minyak bekas gorengan bisa diolah kembali.

Menurut informasi yang kami terima, minyak jelantah dapat diproses menjadi biodiesel, bahan bakar ramah lingkungan yang bisa digunakan untuk kendaraan maupun mesin tertentu. Jika dibuang sembarangan, minyak ini justru menjadi sumber pencemaran yang sulit diurai. 

Lapisan minyak di air menghalangi oksigen masuk, membunuh organisme kecil, dan memicu bau tak sedap. Dengan mengumpulkannya kami dapat mencegah pencemaran, sekaligus memberi peluang ekonomi bagi pihak pengolah.

Sistemnya sederhana: warga menyimpan minyak jelantah di botol bekas. Setelah terkumpul, minyak ini dibawa ke pos ronda untuk ditimbang dan dijual bersama sampah daur ulang lainnya. Dengan begitu, satu jenis limbah yang dulu dianggap tak berguna kini memiliki nilai nyata.

Efektif, Efisien, dan Bernilai

Sebelumnya, seluruh sampah rumah tangga di lingkungan kami diangkut secara rutin oleh petugas kota. Itu sudah baik, tetapi sistemnya masih mentah: semua sampah bercampur, volume yang dibawa besar, dan tidak ada pemilahan. Dampaknya TPA semakin penuh, dan peluang pemanfaatan kembali terbuang percuma.

Dengan hadirnya bank sampah, kami membuat sistem yang lebih efektif dan efisien. Sampah yang masih bernilai dipisahkan sejak di rumah, sehingga jumlah sampah yang benar-benar dibuang ke TPA jauh berkurang. Petugas kota pun lebih ringan kerjanya, sementara lingkungan tetap bersih.

Lebih dari itu, ada nilai ekonomi yang tercipta. Dana hasil penjualan sampah dan minyak jelantah, menjadi pemasukan tambahan untuk kas warga. Dengan demikian, perawatan pos ronda, kegiatan sosial, atau pembangunan kecil di lingkungan kami tidak lagi sepenuhnya bergantung pada iuran bulanan.

Gerakan Kecil, Dampak Besar

Dari sisi lingkungan, jumlah sampah yang dibuang ke TPA berkurang signifikan. Minyak jelantah yang tadinya mencemari saluran air kini diubah menjadi energi yang lebih bermanfaat. 

Selanjutnya dari sisi sosial, ada rasa kebersamaan yang tumbuh. Warga merasa terlibat langsung dalam menjaga bumi, sekaligus melihat hasil nyata berupa kas warga yang bertambah.

Bahkan, ada dampak edukasi yang tak kalah penting. Anak-anak yang melihat orang tua mereka memilah sampah sejak di rumah, akan tumbuh dengan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi.

Mereka belajar bahwa menjaga bumi bukan sekadar teori di buku sekolah, tetapi praktik sehari-hari yang dimulai dari dapur dan halaman rumah sendiri.

Harapan ke Depan

Apa yang kami lakukan masih tahap awal: bank sampah yang kami dirikan baru saja berjalan, dengan sistem yang sederhana dan terus kami benahi dari waktu ke waktu.

Kami sadar kelestarian bumi adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah apalagi sebuah lembaga. Aksi kecil warga biasa seperti kami, dapat memberi dampak nyata jika dilakukan secara konsisten dan meluas.

Satu botol minyak jelantah, satu kantong plastik yang dipilah, satu langkah kecil yang terus diulang setiap hari. Dari pos ronda sederhana ini, kami berharap semangat menjaga lingkungan dapat menyebar, hingga akhirnya menjadi gerakan yang lebih besar untuk bumi yang bersih dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun