Pagi hari di Pasar Cisalak terutama dihari pasarnya Rabu dan Sabtu, selalu ramai oleh derap langkah, riuh tawar-menawar, dan aroma khas dagangan yang bercampur jadi satu.Â
Di sudut toko kue, deretan plastik bening berisi bulatan tipis berwarna keemasan seolah memanggil siapa pun yang lewat. Itulah Deblo, atau di lidah orang luar Cisalak sering menyebutnya Gitrek.
Julukan Gitrek muncul bukan tanpa alasan. Begitu digigit, kepingan bulat itu mengeluarkan bunyi "trek!" Renyah, gurih, dan bikin penasaran untuk mengunyah lagi.Â
Tidak ada satu pun anak Cisalak yang asing dengan camilan ini, karena sejak kecil, Deblo selalu hadir di meja rumah, di warung, hingga di toples suguhan tamu.
Jejaknya di Kampung Cihideung
Meski hampir semua orang di Kecamatan Cisalak bisa membuat Deblo, kampung yang paling terkenal sebagai penghasilnya adalah Kampung Cihideung, Desa Ciharunten. Terletak di bawah kaki perbukitan Subang Selatan, kampung ini asri, dikelilingi ladang dan sawah yang luas.
Dari sanalah bahan utama Deblo berasal. Singkong segar diparut, dicampur bumbu sederhana, dicetak bulat tipis, lalu dijemur berderet di atas anyaman bambu.Â
Proses pengeringan itu menciptakan pemandangan khas: hamparan Deblo yang dijemur di halaman rumah, seakan jadi sajian renyah yang siap digoreng.
Tak heran Cihideung menjadi sentra produksi, sebab tanahnya subur dan cocok untuk singkong. Meski begitu, ada cerita lain di baliknya: para petani kerap harus berebut hasil panen dengan hama babi hutan yang datang dari perbukitan.Â