Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Catatan Penyintas: Pengalaman Saat Berobat ke Psikiater

29 Agustus 2025   04:22 Diperbarui: 29 Agustus 2025   23:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (iStockphoto/wutwhanfoto)

Awal Cerita: Tatapan yang Familiar

Belasan tahun saya rutin memeriksakan diri ke psikiater. Itu bukan perjalanan pendek, melainkan bagian dari hidup saya. Dari tahun ke tahun, saya sudah terbiasa dengan obat, kontrol, dan percakapan singkat di ruang praktik. Namun ada satu hal yang selalu saya ingat: tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang baru pertama kali berhadapan dengan saya.

Di ruang apotek rumah sakit, misalnya. Kalau kebetulan petugasnya orang yang sama seperti kunjungan sebelumnya, proses berjalan biasa saja. Mereka sudah paham siapa saya, bagaimana kondisi saya, dan memperlakukan saya layaknya pasien lain. Tetapi, jika petugasnya baru, tatapan itu datang kembali, seakan ingin memastikan: "Benarkah ini pasien psikiatri? Bukankah terlihat baik-baik saja?"

Foto ilustrasi: Rumah sakit, 27/8/2025. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto ilustrasi: Rumah sakit, 27/8/2025. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saat Harus Lewat UGD

Suatu waktu, stok obat saya habis. Psikiater yang biasa menangani saya tidak ada di ruang praktiknya. Karena panik, saya terpaksa menuju UGD. Dokter jaga menerima telepon dari psikiater saya, lalu menuliskan resep sesuai arahan. Tetapi sebelum itu, ia sempat bertanya: "Sakitnya seperti apa?"

Saya ingin cepat membuatnya paham. Dengan setengah di dramatisir saya berkata: "Kalau kambuh, rasanya ingin bunuh diri, Dokter."
Wajahnya berubah. Dengan tergesa ia langsung menuliskan resep, seakan baru sadar betapa seriusnya kondisi ini.

Bagi saya, pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam. Betapa sakit yang saya rasakan tidak terlihat secara kasat mata. Hanya saya dan ahlinya yang sungguh tahu.

Dari Sisi Mereka

Saya berusaha tidak menghakimi. Saya mengerti, banyak pasien psikiatri yang menunjukkan gejala nyata: bicara sendiri, sulit diarahkan, gelisah, atau bahkan agresif. Ada pula yang kehilangan kesadaran sosial hingga berkeliaran di jalanan. Tidak heran, tenaga kesehatan yang baru bertugas sering mengaitkan pasien psikiatri dengan gambaran itu.

Di satu sisi, rasa ingin tahu dari petugas baru adalah wajar. Mereka tidak ingin salah menilai atau salah memberikan pelayanan. Apalagi tanggung jawab tenaga medis sangat besar: keselamatan pasien ada di tangan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun