Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

GIGO, Bukan Yes Man: AI adalah Cermin, Bukan Sumber Kebenaran Mutlak

5 Agustus 2025   04:01 Diperbarui: 5 Agustus 2025   04:01 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ChatGPT, chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) bikinan OpenAI.(KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto)

Gold In, Gold Out: Kolaborasi yang Sehat

Saya pribadi terbiasa meminta AI untuk menyanggah, menyaring, dan menguji argumen saya. Dalam banyak kasus ia mampu memberikan kritik yang membangun, bahkan kadang menyanggah asumsi saya sendiri. Itu terjadi bukan karena AI menjadi lebih pintar secara ajaib, tapi karena saya mengajaknya berpikir bersama.

Jadi AI tidak akan menggantikan manusia yang berpikir. Tapi ia akan menggantikan manusia yang malas berpikir.

Kasus Nyata: Gelombang PHK karena AI?

Laporan terbaru dari TVOne (Agustus 2025) menyoroti fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Amerika Serikat. Lebih dari 10.000 orang kehilangan pekerjaan hanya dalam sebulan terakhir. Sepanjang tahun ini, jumlah PHK tercatat sebagai yang tertinggi sejak 2020. Sektor teknologi dan ritel menjadi yang paling terdampak. Pemerintah federal pun ikut mengurangi jumlah pegawainya. Apa penyebabnya?

Salah satunya: percepatan adopsi kecerdasan buatan.

AI dinilai mampu mengambil alih banyak pekerjaan administratif, repetitif, bahkan pekerjaan analisis awal. Maka efisiensi menjadi alasan, manusia digantikan. Tapi jika kita telaah lebih dalam: ini bukan murni salah AI. Ini karena sistem sosial dan ekonomi belum menyiapkan transisi yang adil dan manusiawi.

Yang tergantikan bukan manusia secara biologis, tapi mereka yang tidak disiapkan untuk perubahan. Sistem pendidikan lambat beradaptasi. Program pelatihan ulang minim. Kesenjangan digital makin lebar. Maka ketika AI masuk, yang rapuh langsung rontok.

Teknologi Tak Netral, Tapi Cermin Nilai Epistemik Kita

GIGO bukan cuma soal teknis input-output. Ia mengandung pesan mendalam: bahwa teknologi tak pernah lepas dari nilai-nilai epistemik manusia, yakni cara kita berpikir, menilai, dan menyaring pengetahuan. Kita yang menentukan apakah teknologi menjadi alat pembebasan, atau alat penindasan.

Jika AI dipakai untuk memangkas biaya tanpa tanggung jawab sosial, maka hasilnya adalah PHK. Tapi jika AI dipakai untuk menaikkan produktivitas sekaligus menumbuhkan kompetensi, maka yang terjadi bukan penggantian, melainkan peningkatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun