Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Mitos Masyarakat Lokal Harimau Jadi-jadian

11 September 2024   22:48 Diperbarui: 12 September 2024   07:35 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Pendahulan

Saya tulis cerita ini untuk menyampaikan cerita yang berkembang di masyarakat pada masa lalu, cerita ini kini tak lagi terdengar atau setidaknya sudah mulai luntur sejalan pergantian generasi. Kenapa saya kembali tulis adalah dengan harapan cerita ini menjadi cerita yang memperkaya kearifan lokal kita dan semoga bermanfaat.

Yang namanya cerita mitos kadang orang ada yang benar-benar mempercayainya, dan ada juga yang menganggap hal ini hanya dongeng belaka. Tapi tak apa, apapun itu cerita semacam ini mungkin suatu saat bisa dijadikan bahan tulisan fiksi atau sebuah karakter dalam film dan lain sebagainya.

Apa?

Harimau jadi-jadian adalah cerita yang saya dengar dari orang-orang tua jaman dahulu, dahulu mereka mengaku sering bertemu dengan harimau. Kita tahu secara ilmiah Harimau Jawa telah dinyatakan punah, tapi tidak buat mereka karena mereka mengaku pernah bertemu dan menyaksikannya secara langsung.

Sampai saat ini sebagian masyarakat kami, terutama golongan tua masih percaya kalau harimau itu masih ada. Sehingga berkembanglah berbagai cerita di masyarakat salah satunya adalah Harimau jadi-jadian atau di masyarakat kami dikenal dengan Maung Kajajaden.

Harimau meski sudah dianggap punah adalah binatang yang disakralkan, dan dipercaya sebagai perwujudan dari leluhur. Sampai sekarang harimau masih dianggap menghuni hutan tertentu di wilayah kami, dan suatu saat harimau suka menjelma menjadi manusia.

Menurut cerita mitos yang beredar untuk membedakan antara manusia sebenarnya dengan manusia jadi-jadian (Maung Kajajaden): pertama mereka tidak memiliki lekukan vertikal di bawah hidungnya, sebagaimana umumnya kita manusia. Ke-dua mereka bersuara sengau ketika berbicara seperti berbicara dalam keadaan hidung mampet karena flu.

Pada umumnya masyarakat yang percaya keberadaan mereka, menyatakan bahwa harimau sesungguhnya dan harimau jadi-jadian (Maung Kajajaden) itu adalah sesuatu yang berbeda, Maung Kajajaden dianggap makhluk sakral yang sering dihubungkan dengan asal-usul leluhur atau sejenis makhluk halus tertentu.

Bagaimana?

Kalau bangsa lain punya makhluk mitos yang terkenal seperti Trol, Goblin, atau Ogre yang sering menghiasi berbagai cerita film dan karakter permainan. Kita juga punya, salah satunya adalah Maung Kajajaden yang bisa kita eksplorasi ceritanya sesuai imajinasi kita.

Lalu selain gambaran fisik seperti yang dijabarkan di atas bagaimana karakter makhluk mitos ini? Menurut cerita yang berkembang, seperti makhluk halus pada umumnya mereka tidak mengganggu selama mereka tidak merasa terganggu. Hal ini artinya ada beberapa hal yang menjadi pantangan orang-orang yang mempercayainya, salah satunya adalah di dalam hutan kita dipantang menyebut nama makhluk Harimau Jadi-Jadian (Maung Kajajaden).

Walaupun terpaksa kita harus menyebutkannya, namanya diganti jadi Urang Leuwueng (manusia yang tinggal di hutan), pantangan lain juga berlaku seperti dilarang bicara sembarangan, buang air sembarangan dan lain-lain. Kalau pantangan tidak dipatuhi konsekwensinya bagi orang yang mempercayainya adalah bisa jadi mendapat kesusahan, seperti tersesat, bertemu langsung makhluknya dan dibawa ke alam mereka, atau bahkan kerasukan.

Dimana?

Mitos ini berkembang di masyarakat pelosok yang mempercayainya, terutama ketika mereka berada di dalam hutan. Sekarang hutan sudah semakin menipis, manusia semakin merangseg memasuki kawasan hutan untuk berbagai kepeluan. Tapi masih ada tempat-tempat yang disakralkan salah satunya adalah Situs Cipabeasan di daerah hulu sungai Cipunagara Desa Cisalak-Subang-Jabar. Masyarakat sekitar percaya Situs Pabeasan dijaga oleh Harimau Putih (Maung Bodas).

Kapan?

Mitos ini dahulu masih sangat diyakini bahkan saya masih ingat diberikan sebuah jampi-jampi, untuk mengusir makluk ini ketika kita menjumpainya. Bunyi jampi-jampinya adalah: Sima aing sima maung, ulah aing nukasima ku maung, kudu maung nukasima ku aing yang artinya kira-kira "Auraku aura harimau, jangan aku yang kena aura harimau, tapi harus harimaulah yang terima auraku".

Seiring pergantian generasi, kini keyakinan ini mulai luntur tapi masih ada juga yang masih mempercayainya dan kita patut menghargai dan melestarikannya sebagai kearifan lokal yang membantu keseimbangan alam dengan manusia pada umumnya.

Siapa?

Kami sebagai masyarakat setempat percaya atau tidak, pada umumnya menghargai warisan leluhur kami dan mengambil hikmahnya supaya kami senantiasa menjaga dan melestarikan alam dan menjaganya untuk anak cucu kita generasi mendatang.

Bagaimanapun semua perbuatan dolim atau perbuatan yang baik akan mendapatkan balasannya, sehingga kita jangan meremehkan kearifan leluhur meski dari sudut pandang yang berbeda.

Mengapa?

Ditengah membanjirnya arus informasi di era digitalisasi, kadang keadaan menggerus kearifan lokal. Tugas kita adalah bagaimana caranya kearifan lokal ini bisa bertahan dan menyesuaikan diri dengan zamannya masing-masing.

Kearifan lokal memperkaya khasanah budaya kita, dan juga memperkuat identitas kita sebagai bangsa yang beragam. Selain itu dengan menghargai dan melestarikan kearifan lokal kita membantu keberlangsungan hidup manusia dan alam yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun