Perubahan kata dalam bahasa serapan adalah refleksi dari dinamika budaya, hubungan internasional, dan adaptasi sosial. Ini memungkinkan bahasa untuk berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan komunikasi yang berubah seiring waktu. Selain itu, perubahan kata dalam bahasa serapan juga memperkaya kosakata dan ekspresi dalam bahasa penerima, memberikan nuansa dan variasi yang lebih kaya dalam ekspresi.
Sebagai orang Indonesia bersuku Sunda saya memperhatikan perubahan kata dalam menyebutkan lima nama waktu sholat dalam bahasa Indonesia yaitu: Isya, Shubuh, Dzuhur, Ashar, dan Maghrib. Yang merupakan serapan dari bahasa Arab.
Dalam bahasa Sunda kelima waktu sholat tersebut menjadi: Isya, Shubuh, Lohor, Ashar, dan Maghrib.
Kalau diperhatikan kenapa hanya waktu sholat "Dzuhur" yang berubah nama menjadi "Lohor"? Setelah saya tela'ah saya ambil kesimpulan sendiri bahwa gabungan huruf awal waktu sholat Isya, Shubuh, Lohor, Ashar, dan Maghrib membentuk sebuah kata yaitu: ISLAM.
Dan ini merupakan ekspresi dan adaptasi yang dilakukan leluhur orang Sunda untuk menekankan bahwa sholat adalah tiang agama, secara tersirat dan tersurat seorang muslim belum benar-benar mendirikan agamanya yaitu ISLAM kalau masih suka bolong-bolong dalam melaksanakan sholat lima waktu.
Kesimpulan
Perubahan kata dalam bahasa serapan adalah fenomena yang menarik yang mencerminkan interaksi kompleks antara budaya dan bahasa di seluruh dunia. Ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptabilitas bahasa dalam menghadapi perubahan sosial, teknologi, dan budaya. Dengan memahami proses dan pentingnya perubahan kata dalam bahasa serapan, kita dapat lebih memahami bagaimana bahasa berevolusi dan mengikuti arus perubahan dalam masyarakat global saat ini.
Menarik bukan? Semoga menghibur, bermanfaat dan menambah wawasan...Â