Constanzo juga menambahkan  detail seputar upacara pernikahan dapat mengungkapkan fakta penting tentang nilai dan keyakinan seseorang.
Berbeda dengan konflik dalam film barat yang mengusung genre "the wedding film", mereka tidak akan menjadikan prinsip yang dipegang oleh Pak Kardi dalam film Opration Wedding(2013) sebagai konflik cerita.
Hal ini dikarenakan nilai dan keyakinan orang barat tidak sama dengan keyakinan masyarakat Indonesia yang menjadikan prinsip tersebut sebagai ide konflik terbaik dalam film.
Operation Wedding dan Realitas Budaya Pernikahan Indonesia Â
Pernikahan anak bungsu yang tidak boleh mendahului kakaknya dalam sebuah keluarga menjadi konflik yang cukup relevan dalam hubungan sosial budaya masyarakat Indonesia terkait pernikahan.
Hardika(2020),  mengatakan bahwa beberapa daerah di Indonesia menerapkan  tradisi membayar denda jika sang adik mendahului kakaknya untuk menikah.
Hardika dalam artikelnya juga mempertegas bahwa ada bebrapa norma dan hukum yang diambil dari nilai-nilai agama. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari masyarakat Indonesia yang memegang teguh konsep Ketuhanan.Â
Dengan demikian, pemaparan serta pemikiran kritis Constanzo dalam bukunya yang berjudul World Cinema through Global Genres mengenai genre "the wedding film" ternyata dapat kita temui juga di dunia perfilman Indonesia.Â
Diamana genre "the wedding film" tidak hanya memperhatikan pernikahan dalam konsep acara melainkan dapat mengungkapkan fakta penting tentang nilai dan keyakinan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Constanzo, W. V. (2014). World Cinema through Global Genres. UK: Wiley Blackwell.