Mohon tunggu...
Agus Arta Diva Anggara
Agus Arta Diva Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

"write what should not be forgotten"

Selanjutnya

Tutup

Film

"Operation Wedding" Perjuangan Mendapat Restu Sang Ayah

19 September 2021   11:47 Diperbarui: 19 September 2021   11:52 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster FIlm Operation Wedding. Sumber: imdb.com

Constanzo(2014) berfikir bahwa tidak ada film yang bebas nilai atau value free. Begitu juga film dengan genre "wedding film." Pemikiran kritis Constanzo melihat bahwa adanya pertanyaan tentang ideologi budaya dalam film dengan genre ini.

Pertanyaan-pertanyaan yang memunculkan nilai dalam film dengan genre "wedding film" misalnya seperti apa itu pernikahan? Film mengungkapkan tentang masyarakat yang memproduksinya? Pesan apa yang mereka kirim? atau tentang keyakinan terdalam suatu budaya? Asumsi ideologis seringkali tidak terlihat oleh mereka yang menerimanya begitu saja.  

Refleksi Budaya Pernikahan Indonesia dalam Film "Operation Wedding"

Operation Wedding (2013) merupakan film Indonesia yang termasuk kedalam genre "the wedding film." Film yang disutradarai oleh Monti Tiwa ini dibintangi oleh sederet aktor dan aktris ternama Indonesia seperti Yuki Kato, Adipati Dolken, Bucek Depp, Kimberly Ryder, dan Nino Fernandez.

Meskipun perdana ditayangkan pada tahun 2013, film Operation Wedding baru resmi hadir di layanan streaming Netflix pada 15 Oktober 2020 lalu. 

Film ini menceritakan perjuangan cinta Rendi (Adipati Dolken) untuk melamar putri bungsu dari Pak Kardi (Bucek Depp), yang merupakan mantan Laksamana Angkatan Laut.

Dalam film Pak Kardi digambarkan sebagai sosok yang keras. Hal ini dikarenakan Pak Kardi membesarkan empat putrinya seorang diri karena istrinya sudah lama meninggal saat melahirkan Windi(Yuki Kato).

Karena mantan seorang lakasamana, Pak Kardi sangat selektif dalam memilih calon suami untuk anak-anaknya dan mempunyai sebuah prinsip yang ia pegang dengan erat bahwa anak bungsu (Windi) tidak boleh menikah sebelum kakak-kakak nya menikah terlebih dahulu. 

Untuk memenangkan hati Sang Ayah, Rendi dan Windi menyusun berbagai rencana untuk memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan.

Prinsip inilah yang menjadi gambaran bagaiaman nilai budaya di Indonesia mempengaruhi dinamika serta proses  pernikahan seseorang dalam sebuah keluarga.

Costanzo(2014) dalam bukunya menyebutkan bahwa pernikahan menandai transisi penting dalam perjalanan individu melalui kehidupan dan di tempat orang itu dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun