Mohon tunggu...
Agus Amarullah
Agus Amarullah Mohon Tunggu... Kuli Markom -

Makan 3x sehari. Mandi 2x sehari. Mikir sesekali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadikan Umpan Itu Menjadi Tidak Relevan

16 September 2018   21:58 Diperbarui: 16 September 2018   22:06 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Surat tertutup untuk Jokower se-Kelurahan]

Salam sejahtera buat Jokowiah yang dimuliakan Allah....

Banyak orang beranggapan kaum Prabower itu terlalu serius, gak bisa guyon dan gampang marah. Jelas itu persepsi subyektif dari kaum Jokower sendiri yang selalu merasa unyu dan lucu. Pada kenyataannya, untuk banyak kasus kaum Jokower pun sama, terlalu serius dan gampang menggelinjang marah oleh umpan-umpan receh dari pihak sebrang.

Coba lihat saat kehebohan Jokowi naik motor pakai peran pengganti (stuntman) di acara pembukaan Asian Games kemarin. Tak lama berselang terlontar umpan receh ke rimba medsos bahwa Jokowi sama saja berbohong kepada publik karena penggunaan peran pengganti itu.

Sebagai tanggapannya, banyak kaum Jokower yang dengan paparan runut menjelaskan bagaimana sebuah industri kreatif film bekerja, mulai dari penggalian ide sampai ke tahap eksekusi dalam bentuk visual, termasuk sisi penggunaan peran pengganti tersebut. Mereka sangat serius sekali menjelaskannya.

Atau saat Mas Sandi Uno melontarkan umpan receh tentang tempe setipis ATM, tetap saja para Jokower imut masih ada yang menanggapinya secara serius dengan memaparkan tentang tata niaga kedelai di dalamnya. Tak jarang dengan bulian yang bernada kemarahan.

Membuat sebuah klarifikasi atas sebuah hoax adalah penting dan perlu. Itu harus dilawan. Namun saat mendapati sebuah 'hoax' recehan yang sangat gampang terbaca nilai keseriusannya, selain membuang energi, tanggapan yang sangat serius justru akan menjadikan 'hoax' recehan itu menjadi terlihat serius dan benar adanya.

"Masuk itu barang!!", teriak tetangga sebelah dengan sangat girang.

Nah, yang perlu dilakukan kaum Jokower adalah menanggapi umpan itu dengan joke-joke kreatif dengan nuansa santai, penuh canda yang bersahabat. Buat umpan-umpan recehan itu menjadi tidak relevan lagi. Dengan cara itu setiap umpan recehan tadi akan menjadi tidak punya efek apa pun.

Menyikapi suasana Pilpres memang seharusnya dengan suasana hati riang, bukan hati yang tegang. Jadikan ajang Pilpres sebagai ajang hiburan, bukan malah sebagai ajang hujat-hujatan.

Oia, karena tulisan ini sifatnya tertutup, mohon jangan disebarluaskan ke Jokower di luar kelurahan kita ya....

Tugas kita hanya untuk bahagia. Catat itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun