Mohon tunggu...
Agus Amarullah
Agus Amarullah Mohon Tunggu... Kuli Markom -

Makan 3x sehari. Mandi 2x sehari. Mikir sesekali.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Benarkah Popularitas Siaran Radio Menuju Akhir?

16 Februari 2018   10:44 Diperbarui: 16 Februari 2018   19:40 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setiap orang di generasi sebelum milenial punya romantisme tentang siaran radio. Mulai dari zaman kemerdekaan dengan RRI sebagai primadonanya sampai romantisme kirim-kirim salam, juga tentang serunya sandiwara radio 'Saur Sepuh'. Dan jangan salah, tangga lagu yang dibuat oleh berbagai label rekaman pun dibuat berdasarkan kepopulerannya di siaran radio.

Tentang lagunya sendiri, keyword 'radio' pun menyebar dari mulai judul lagu sampai dengan liriknya yang bercerita tentang radio. Sebut saja judul lagu seperti, Turn up the radio (Madonna), Sex on the radio (Good Charlotte), Radio Song (REM), Radio Ga Ga (Queen), Radio (Robbie Williams), On the radio (Donna Summer), Radio Nowhere (Bruce Springsteen), Rebel Radio (The Prodigy), Revolution radio (Green Day)  dan puluhan yang lainnya. Tak ketinggalan dengan penyanyi di dalam negeri pun mulai dari Gombloh sampai dengan Sheila On 7 yang lirik-liriknya bertutur tentang romantisme radio tersebut.

Menurut salah satu laporan Nielsen tahun 2017, penetrasi media radio sebesar 37% yang berarti berada di bawah penetrasi media internet yang sebesar 44%. Padahal 5 tahun sebelumnya, penetrasi media internet hanya sebesar 26%. Kecenderungan ini menggambarkan perilaku orang dalam cara mengakses sebuah hiburan atau informasi, termasuk radio di dalamnya.

Dulu, perilaku orang mendengarkan radio dengan cara bersama-sama, satu pesawat radio didengarkan secara bersama. Namun di zaman sekarang, perilakunya berbeda yang bersifat individual melalui gadget baik via gelombang radio maupun streaming media internet.

Kalau dulu, radio adalah sebagai sumber utama untuk mengetahui lagu-lagu baru yang lagi ngehits atau justru mencari lagu-lagu kenangan, maka di zaman sekarang hal itu (sepertinya) sudah tidak relevan lagi. Orang dengan mudahnya bisa searching di berbagai kanal seperti YouTube, Joox, Spotify, Deezer dan berbagai kanal lainnya.

Kalau dulu, radio menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan yang rutin di tiap jam acara tertentunya, maka sekarang orang bisa search di kanal Podcast untuk topik-topik yang kita inginkan.

Apakah ini pertanda dunia siaran radio sedang menuju akhir ceritanya?

Pertanyaan itu terlalu pongah dan gegabah. Ini seperti pertanyaan sekaligus analisa zaman dahulu ketika munculnya teknologi telepon yang karenanya kemudian diprediksikan kantor pos akan tutup dan bangkrut.  Namun sejarah berkata lain, bahkan sekarang kita tidak mengira sebelumnya kalau di Kantor Pos ada unit usaha cafe di dalamnya.

Dunia siaran radio akan terus hidup sekalipun di zaman internet sudah ada di genggaman seperti sekarang ini selama pengelola siaran radio bisa mengikuti dan lentur dengan zaman. Konten siaran harus unik dan lebih personal. Harus unik karena harus bisa mencuri perhatian orang, harus personal karena teknologi yang serba computerized tidak memiliki unsur personal itu karena ia bekerja berdasarkan algoritma robot.

 Tentunya anda akan memilih bercinta dengan yang berbentuk personal daripada dengan sebuah robot, bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun