Belum lagi anggaran untuk makan siang sehat gratis yang anggarannya juga sudah di revisi, dari Rp. 13 ribu menjadi Rp. 10 ribu saja. Belum lagi rehab atau bangun gedung sekolah baru untuk pemerataan pendidikan.
Tidak mungkin kan anggaran pendidikan yang dialokasikan APBN 2025 sebanyak Rp. 724,3 triliun dihabiskan untuk menangalangi dua kali lipat gaji guru.
Jadi, yang realistis adalah penambahan satu kali gaji pokok. Sementara untuk Guru non-ASN yang telah bersertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi sebesar Rp 2 juta per bulan. Namun, ini tidak sama dengan kenaikan gaji dua kali lipat.
Memang saya yakin ada niat mulia dari Pak Presiden Prabowo untuk mensejahterakan guru se-sejahtera mungkin, namun kita harus realistis juga dengan kondisi keuangan negara kita.
Meskipun alokasi anggaran pendidikan meningkat, namun untuk memberikan kenaikan gaji guru dua kali lipat (misalnya dari Rp 3 juta menjadi Rp 6 juta untuk semua guru) akan memerlukan perhitungan yang lebih rinci mengenai jumlah guru dan total biaya yang diperlukan.
Dengan alokasi yang ada, pemerintah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti jumlah guru yang ada dan kebutuhan lainnya dalam sektor pendidikan.
Kenaikan dua kali lipat untuk semua guru mungkin tidak sepenuhnya terjangkau dalam satu tahun anggaran tanpa mengorbankan pos-pos penting lainnya dalam pendidikan.
Jadi seperti apa mekanisme kenaikan gaji guru yang idealnya?
Perdebatan harus kita sudahi mengenai naik tidaknya gaji guru dengan belajar dari kebijakan presiden-presiden sebelumnya.
Pak Presiden Prabowo tentunya ingin sekali mensejahterakan guru-guru di tanah air ini, namun bagaimanapun beliau harus belajar dari pengalaman dan realitas yang terjadi, sehingga mampu memberikan rasa seadil-adilnya dalam meningkatkan kesejahteraan guru, agar jangan sampai menimbulkan iri hati atau miskonsepsi ditengah masyarakat, sehingga profesi lain tidak merasa di anak tirikan oleh beliau dengan hanya merasa bahwa profesi Guru saja yang diperhatikan.
Karena telah berkembang di masyarakat bahwasanya dengan pidato beliau, banyak profesi lain menyindir dengan mengatakan 'Enaklah jadi guru, gajinya dinaikkan dua kali lipat'.