Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi: Satu Anugerah Tuhan untuk Indonesia

17 April 2022   06:44 Diperbarui: 17 April 2022   06:53 2531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsitektur masjid Kudus yang khas bercorak Hindu-Budha. Sumber: National Geographic Indonesia

Ada ratusan bahasa, suku bangsa, kelompok etnis. Dan saat ini masih tegak sebagai NKRI. Seharusnya Indonesia layak dijadikan sebagai Laboratorium Kebhinnekaan terlengkap di dunia. Kita harusnya bangga, bukan malah mencari cara bagaimana keberagaman di Indonesia rusak.

Jika saat ini muncul adanya suara yang ingin membuat Indonesia homogen, dengan mengabaikan fakta sejarah bahwa kita dibangun dengan keberagaman bisa jadi ada yang harus dibenahi dengan cara memahami.

Pemahaman ada kaitannya dengan pola pikir, pola pikir dibangun oleh pengaruh dari luar dirinya: bisa bacaan atau interaksi dengan orang lain. Pemahaman yang menolak keberagaman.

Sekolah yang harusnya menjadi wahana untuk menggulirkan nilai keagungan keberagaman seolah tidak berfungsi banyak. Bisa jadi, harus ada yang perlu dibenahi.

Kurikulum pendidikan harus memberikan porsi tentang wawasan keindonesiaan dan seluk beluknya. Bagaimana negara ini berdiri dan sejarahnya, harus dipahami generasi muda saat ini.

Pembaharuan itu penting, boleh, tapi dilihat dulu apa yang diubah. Misal, dalam segi teknologi. Hal itu tidak masalah. Namun, jika mengotak atik yang namanya keselarasan, itu upaya merobohkan bangunan.

Saat bangunan sudah bediri megah, boleh kita mengecatnya, memberi dekorasi untuk menambah keindahan. Namun, jika sudah mengganti pondasi yang sudah mapan itu sama saya membongkar bangunan secara keseluruhan.

Radikalisme yang bermotif apa pun,  berbahaya jika dibiarkan. Untuk menangkal hal itu  harus ada ketegasan oleh pemerintah. Penanganan terbaik adalah pencegahan. Dan rekayasa sosial yang paling efektif adalah lingkungan sekolah.

Sejarah Indonesia dan idiologi Pancasila bisa diposisikan sebagai mata pelajaran elit, bukan sampingan. Sejarah harus dijadikan sebagai pelajaran premium bukan hanya sekedar ada.

Misal saat kelulusan tingkat SD-SMA siswa harus mendapat nilai bagus di pelajaran sejarah Indonesia dan juga idiologi Pancasila.

Calon raja Inggris saja menjadikan sejarah sebagai pelajaran kelas premium. Hal ini bisa digunakan untuk perbandingan. Bahwa pelajaran sejarah itu keren sekaligus memperluas sudut pandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun