Mohon tunggu...
Agus Budiana
Agus Budiana Mohon Tunggu... Jurnalis, Pengamat Media Komunikasi Politik

Membaca dan menulis adalah salah satu kekuatan seseorang dalam membentuk eksistensi diri. Dengan membaca dan menulis kita akan menemukan makna dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Labeling Sebuah Nama

7 Maret 2025   10:18 Diperbarui: 7 Maret 2025   10:18 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita mendengar orang-orang tertentu dipanggil dengan istilah tertentu dalam suatu pergaulan, bahkan kita sendiripun disebut-sebut oleh teman kita dengan istilah tertentu pula secara akrab tapi dengan nama yang lain sebutlah : si bule, si peang, si gemoy. Selintas biasa saja karena sering dilontarkan dalam hubungan pertemanan, persahabatan dalam kelompok yang tidak formil, orang yang dipanggil dengan istilah tersebutpun biasa-biasa saja. Hal tersebut dilakukan beberapa diantaranya untuk meningkatkan kedekatan dan keakraban hubungan yang selama ini dijalin oleh seseorang dengan temannya juga dengan kelompoknya.

Kebiasaan memanggil seseorang dengan istilah-istilah tertentu biasanya berawal dari suatu candaan spontan secara berkelakar, pada perkembangannya candaan panggilan tertentu tersebut terdengar oleh yang lainnya, akhirnya seperti sebuah legitimasi akhirnya istilah panggilan tertentu berlaku di kelompoknya apabila ada suatu pertemuan-pertemuan tertentu atau dalam suasana nongkrong-nongkrong.

Istilah panggilan-panggilan tertentu tersebut apabila kita merujuk pendapatnya Howards Becker (1963) dalam Ahmadi, Nur’aini. H (2005)  dikenal dengan teori label atau  penjulukan. Bahwa kelompok sosial menciptakan penyimpangan (deviasi) dengan membuat aturan-aturan mendasar kepada orang-orang tertentu dengan memberikan label mereka sebagai orang luar. Jelasnya teori ini mengatakan bahwa ada orang-orang atau kelompok sosial yang sering memberikan julukan tertentu secara khusus, karena kondisi faktualnya seperti itu artinya ada perilaku yang menyimpang. Namun ada juga penjulukan yang diberikan bukan berdasarkan perilaku menyimpang, melainkan hanya penamaan pada sesuatu yang dilihat berdasarkan tampilan fisik.

Bagi orang yang diberikan label sesuai dengan faktanya tidak masalah, artinya ada kesesuaian antara apa yang  dijuluki dengan orang yang menerima julukan. Persoalannya ketika orang yang diberi julukan faktanya tidak sesuai dan merupakan kebalikannya hal ini akan melahirkan persoalan psikologis tersendiri pada seseorang.

Sikap yang seharusnya ketika dilabeling       

Diberi label secara negatif oleh orang-orang di suatu kelompok tentunya bukan perkara mudah untuk tidak sensitif kita tanggapi. Persoalannya  apabila labeling sering disampaikan di ruang publik tentunya  muncul  perasaan malu, minder seolah-olah kita nyata dengan apa yang mereka labeling pada kita. Padahal sebaliknya kondisi kita berbanding tegak lurus berbeda dengan apa yang mereka label kan pada kita.

Sikap tenang tidak reaktif adalah merupakan hal pertama yang arus kita lakukan ketika labeling diucapkan oleh orang-orang, artinya kita tetap berusaha tidak terpengaruh dan netral saja. Selanjutnya kita pahami apakah labeling di tujukan pada kita faktanya sama atau tidak, apabila tidak  kita lanjut kembali berkomunikasi dengan mereka mengenai hal-hal sebelumnya mengenai topik yang dibicarakan. Ketika kita kembali berkomunikasi dengan mereka kita telaah dalam pikiran dan hati kita, apakah yang mereka labeling betul sesuai dengan perilaku kita, kalau tidak kembali tetap normal. Sebaliknya kalau sama dengan perilaku kita, tentunya dijadikan evaluasi dan refleksi diri kita sebagai bahan perenungan untuk berubah. Namun apabila terus-terus-an kita di labeling negatif, kita sampaikan pada mereka untuk memahami bahwa, manusia mempunyai nilai derajat yang harus dijaga dan untuk saling dihargai.

Hal yang harus menjadi optimisme

Dalam hidup, kita harus yakin dan mempunyai kekuatan potensi nilai yang kita miliki, kita harus yakin pula bahwa nilai hidup yang kita miliki tidak ditentukan oleh orang lain terutama oleh labeling yang tidak jelas hubungannya dengan kondisi kita. Kita harus yakin kita mempunyai definisi tersendiri tentang kita dengan berbagai kelebihan hal-hal positif yang melekat pada diri kita.

Selain orang-orang yang sering memberi label, kita masih mempunyai teman-teman kita lainnya yang senantiasa hadir dan selalu memberikan aura positif dengan kita. Kita mempunyai pikiran positif yang setiap saat kita kendalikan untuk melumpuhkan istilah labeling untuk hilang dari benak kita. Yang lebih utama adalah, kita harus fokus untuk hal-hal positif termasuk dalam kegiatan kita sehari-hari, yang akan membentuk pikiran dan perilaku kita sinkron tetap sehat dan positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun