Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

"Curhat" Corona yang Sudah Mudik Duluan Sebelum "Dilarang Mudik"

21 Mei 2020   22:21 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:18 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://rmco.id (istimewa)

Tapi mungkin memang seperti itulah tabiat sebagian orang yang suka "ngeyel" dengan berbagai alasan tadi. Belum lagi kalau nanti banyak yang nekat mudik saat menjelang Lebaran tahun ini, dengan berbagai alasan bla-bla-bla... yang pasti minta dibenarkan atau diakui kebenarannya!

Mereka yang nekat mudik ini pasti sebagian besar berasal dari kota-kota besar yang pulang ke kampung halamannya. Sebagian dari mereka bahkan berasal dari kota-kota besar yang kini menjadi epicenter kasus corona di Indonesia. Dan sebelum Pemerintah Republik Indonesia "resmi" melarang mudik per 24 April 2020 lalu, sebagian orang sudah "curi start" dan sebagian lagi curi-curi kesempatan mudik dengan menempuh "jalan tikus" dan "main kucing-kucingan" dengan aparat atau petugas!

Padahal banyak spanduk dan imbauan yang memberi penjelasan kepada masyarakat, bahwa diriku hanya bisa "berpindah" tempat, bila ada manusia yang menjadi "carrier"-nya. Dan mereka-mereka yang nekat mudik dari kota besar ke kampung halaman, punya potensi besar membawaku jalan-jalan "mudik" ke kampung-kampung dan ke pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia.

Apakah mereka-mereka ini tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi jika kedatangan mereka ke kampung halamannya justru membawa "petaka" bagi keluarga dan banyak orang yang akan dijumpainya? Andai setelah seminggu hingga dua minggu ke depan mereka sakit gara-gara terinfeksi olehku, apakah mereka tahu kemana mereka harus pergi berobat?

Aku bisa memahami mengapa di saat menjelang Lebaran, tradisi mudik selalu menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar. Sebab tradisi mudik di Indonesia ini sebenarnya sudah berlangsung sejak jaman Kerajaan Majapahit maupun Kesultanan Mataram Islam. Meski dari waktu ke waktu tujuan dan makna mudik mengalami pergeseran, namun tetap menjadi tradisi yang selalu dirindukan.

Pada masa keemasannnya, Kerajaan Majapahit mempunyai wilayah kekuasaan hingga daratan Sri Langka dan Semenanjung Malaya. Karena pihak kerajaan menempatkan para pejabatnya di wilayah-wilayah yang jauh itu, maka ada saat di mana para pejabat itu mendapat kesempatan untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. Tradisi itu juga diikuti oleh Kesultanan Mataram Islam. 

Dan tradisi mudik di Indonesia mulai menjadi tren pada tahun 1970-an. Orang-orang biasanya pulang kampung untuk bertemu sanak saudara, tetangga, dan handai taulannya. Saat mudik juga diisi dengan kegiatan ziarah kubur keluarga dan leluhur.

Biasanya orang-orang mudik dari kota ke desa, setelah sekian lama merantau (menggelandang) di kota. Jika awalnya mudik bertujuan untuk menjumpai sanak famili di kampung asalnya, di kemudian hari mudik juga dijadikan ajang untuk unjuk eksistensi diri dan keberhasilan seseorang setelah merantau di kota.

Dan bila argumen di atas dijadikan alasan sekaligus pembenaran untuk "tetap" mudik Lebaran tahun ini, apakah mereka-mereka yang "nekat" tersebut sudah siap dengan resikonya di kemudian hari? Apakah dengan mudik itu mereka ingin menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada keluarganya di kampung halaman? Ataukah pilihan mudik di masa pandemi ini justru akan menjadi malapetaka yang akibatnya tak pernah terbayangkan?

Cukup sampai di sini dulu curhat-ku kali ini. Curhat tentang aku dan aksi jahat yang dilakukan kawan-kawanku di seluruh dunia dan juga di Indonesia.

Masih tetap keukeuh untuk mudik Lebaran tahun ini? Atau kalian memilih untuk menjalani imbauan pemerintah dengan taat? Dengarkan seruan itu, #JanganMudikDulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun