Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agar Jauh Dari Masalah, Selalu Berada di Dalam Masjid

12 Agustus 2021   16:03 Diperbarui: 12 Agustus 2021   16:10 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: MediaIndonesia.com

Jika kamu sedang berada di dalam masalah, beradalah di dalam masjid. Atau ada juga yang mengatakan, selalu beradalah di dalam masjid sehingga semua masalahmu akan sirna.

Dua hari lalu teman saya mengirim gambar lewat WhatsApp. Dia sedang berada di dalam masjid sambil memberi caption: "Selalu berada di dalam masjid agar semua masalahmu teruraikan. Selalu berada di dalam masjid agar engkau terhindar dari masalah.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan kiriman WhatsApp tersebut dan tidak ada yang salah seseorang berada di dalam masjid dan merasakan ketenangan. Namun kali ini saya akan membahas lebih dalam apa yang dimaksud dengan metafora masjid.

Kalau sebuah metafora itu dianggap fakta, maka kita sedang terjerembab turun di dalam kekurangan akan literasi. Ketika metafora dianggap fakta, kita miskin literasi.

Maksud saya begini, ada perumpamaan-perumpamaan yang harus kita maknai ulang yang bukan sebagai fakta. Istilah di dalam perumpamaan tersebut banyak sekali perumpamaan-perumpamaan yang dibuat oleh orang-orang bijak zaman dahulu, sehingga kita harus memaknai kembali dan menemukan esensi dari metafora tersebut.

Bagi saya berada di dalam masjid juga merupakan sebuah metafora, bukan sebuah fakta. Masjid yang diartikan sebagai bangunan tempat ibadah, bagi saya juga bisa diartikan sebagai kuil tempat pemujaan. Jadi semua orang mempunyai tempat pemujaannya sendiri-sendiri. Semua orang mempunyai masjidnya sendiri sendiri. Nah bila kita berada di dalam masalah, bila kita sedang banyak sekali masalah, bila pikiran sedang ruwet, bila hati sedang galau, sedang kecewa, sedang sedih, sedang marah, kemudian Anda berada di tempat ibadah, apa yang Anda alami? Ketenangan? Mungkin, bisa jadi anda berada di dalam tempat ibadah, kemudian Anda merasa tenang. Namun setelah keluar dari sana, Apakah masalah anda akan hilang? Tentu tidak, bila Anda tidak menyelesaikan masalah tersebut.

Darimana timbulnya masalah ini? Tentu dari pikiran. Kalau masalah itu timbul dari pikiran dan masih berada didalam pikiran, di manapun kita berada, di manapun anda berada, anda akan diliputi oleh kegalauan. Diliputi oleh kegelisahan, diliputi oleh kesedihan, diliputi oleh kekecewaan, diliput oleh berbagai macam rasa-rasa yang menggelayuti diri Anda. Di manapun anda berada, karena Anda masih membawa pikiran, maka pikiran kacau Anda tersebut dibawa ketika anda berada di dalam masjid atau berada didalam kuil dan berada di dalam tempat ibadah.

Tentu kita tidak akan bisa tenang dan karena itu pulalah setiap kali Ada workshop detox emotion, saya selalu menjelaskan, bahwa orang yang berdoa di malam hari untuk minta ketenangan, minta jalan keluar, minta ini minta itu, kemudian di hari-hari berikutnya dia tidak mendapatkan doanya terkabul. Dia tidak mendapatkan apa yang diucapkan di dalam doa dimalam hari itu menjadi sebuah fakta di dalam hidupnya. Mengapa? Karena dia hanya berdoa pada malam hari itu, mungkin hanya sekitar 5-10 menit, 15 menit. Kalau ditambah nangis 15 menit, ya jadi 30 menit.

Berdoa sambil menangis tidak akan menentukan keberhasilan doa anda. Karena apa? Karena setelah itu, Anda tidur dan begitu Anda membuka mata, anda menggagalkan doa anda sendiri. Kebanyakan dari kita, berdoa dan kemudian menggagalkan doa kita sendiri.

Mengapa kita menggagalkan doa kita sendiri? Karena kita tidak percaya dan kita tidak yakin dengan sesuatu yang lebih besar yang bisa menyelesaikan masalah kita. Ini buktinya, Silakan kalau anda punya masalah, kemudian anda berdoa. Anda masih mikir nggak tentang masalah anda? Begitu Anda beribadah yang dikhususkan untuk mencari jalan keluar dari masalah anda, pada saat Anda beribadah tersebut, yang dikatakan anda sedang menghadap Tuhan, apakah anda masih mengingat masalah anda? Mungkin sebagian besar iya. Kekawatiran itu masih ada. Karena itulah, kita kadang tidak bisa berserah diri 100% atau total Slender di dalam doa. Kemudian setelah bangun tidur, kita merasa khawatir lagi, kita merasa gelisah lagi, kita merasa gundah Gulana lagi. Kemudian pada setiap jam, pada setiap detik di hari-hari Anda, Anda menunggu jawaban; Tuhan menolong saya enggak? Mana nih jawaban doa saya?

Kekhawatiran itulah tanda bahwa kita tidak total surrender. Dan doa kita menjadi percuma. Ibadah anda menjadi percuma, karena anda tidak total Surrender. Ketika kita total Surrender dan Anda masuk di dalam masjid, masuk di dalam kuil peribadatan - apapun itu - seharusnya anda tidak memikirkan lagi masalah anda, karena anda sudah menyerahkan total 100% kepada sesuatu yang lebih besar dari diri kita. Tetapi Mengapa itu tidak terjadi? Karena pikiran! Pikiran kita begitu liar untuk menciptakan cabang-cabang kegelisahan yang lain, untuk menciptakan cabang-cabang kekhawatiran yang lain. Lalu kalau demikian, Masjid tempat anda menyelesaikan masalah, kuil tempat anda menyelesaikan masalah, menjadi tidak berarti. Karena anda tidak masuk di dalam 'masjid' tersebut. Walaupun anda berada di dalam masjid yang bisa seharian atau semalam suntuk dari 20.00 malam sampai jam 04.00 pagi di dalam bangunan masjid, tetapi anda tidak berada di dalam 'masjid' (dalam tanda kutip). Anda bisa berhari-hari berada di dalam kuil peribadatan, tetapi anda tidak masuk di dalam 'kuil' tersebut.

Bagi saya Ini yang mesti harus kita Artikan Kembali. Masjid atau kuil peribadatan, bukanlah bangunan fisik yang kita lihat. Masjid atau kuil peribadatan bukanlah tempat di mana kita duduk. Masjid atau kuil peribadatan adalah hati kita. Tempat di mana bersemayamnya Cinta Kasih tanpa syarat. Sudah kita memasuki tempat itu? Sudahkah kita masuk di dalam sebuah tempat di mana hanya ada cinta kasih tanpa syarat?

Mungkin kita bisa berada di dalam bangunan masjid, kita bisa berada di dalam bangunan kuil, tetapi hati tidak masuk di dalam 'masjid' atau 'kuil' di mana Cinta Kasih tanpa syarat bersemayam. Dan ketika itu tidak ada, ketika hati kita tidak dipenuhi dengan itu, dan kita tidak masuk di hati kita sendiri, maka tidak akan ada gunanya kita berada di tempat fisik kuil-kuil peribadatan.

Tetapi ketika kita sudah mengisi hati kita dengan cinta kasih tanpa syarat, dengan Cinta Yang meluap terhadap kehidupan, di manapun anda berada, di manapun kita berada, kita telah berada di dalam masjid. Kita berada di dalam kuil pribadatan. Di manapun kita melangkah, tempat manapun yang kita tuju, kita selalu menuju 'masjid' atau 'kuil' peribadatan.

Apabila sudah terjadi seperti itu maka segala masalah akan teruraikan, segala kesedihan akan diobati, segala keraguan akan dibangkitkan kepercayaannya. Segala hal yang membuat Anda sedih akan dibuat menjadi perayaan. Siapa yang membuat? Siapa yang mengubah? Diri Anda sendiri! Kitalah yang mengubah, karena hati kita dipenuhi oleh Cinta Kasih tanpa syarat. Kita sudah membukanya dan kita masuk didalamnya.

Bagi saya, berada di dalam masjid, berada di dalam kuil peribadatan, bukan berada di tempat fisik dari bangunan masjid dan kuil peribadatan tersebut. Sekali lagi, kita bisa berada di dalam masjid dan kuil peribadatan secara fisik, tetapi kita tidak akan membawa hati kita apabila hati kita tidak dipenuhi oleh Cinta Kasih tanpa syarat. Namun, ketika kita sudah mengisi hati kita dan meluapkan hati kita dengan cinta kasih tanpa syarat, maka di manapun anda melangkah, di manapun anda berada, di manapun tempat yang kita tuju, di sanalah kita berada di dalam 'masjid' atau 'kuil' peribadatan diri kita sendiri.

Bagaimana mencapai itu semua? Ini tentu ini menjadi langkah yang sangat mudah apabila setiap hari kita mulai untuk berbagi kepada semua orang tentang cinta kasih tanpa syarat. Apa bentuknya? Bentuknya adalah, beberapa poin yang sangat sederhana;

Yang pertama adalah, lakukan hal yang mudah. Yang kedua, lakukan hal yang Anda bisa. Yang ketiga, lakukan dari sekarang.

Pertanyaannya juga mudah. Setiap kali bangun tidur, setiap kali buka mata, tanyakan pada diri Anda sendiri; "Apa yang bisa aku bagikan kepada sesama hari ini?" Sekali lagi, pertanyaannya untuk diri kita sendiri adalah; Hal apa yang bisa aku bagikan kepada sesama hari ini?

Tentu saja, hal yang anda bagikan tidak melulu tentang uang. Tetapi bisa bantuan tenaga, bisa bantuan pemikiran, bantuan ide, support, dalam segala hal. Tapi paling tidak, untuk mengisi hati kita dengan cinta kasih tanpa syarat, setiap hari berikanlah sesuatu kepada semua orang, kepada semua lingkungan dan kepada alam semesta. Sekali lagi, setiap kali membuka mata di pagi hari tanyakan kepada diri kita sendiri: "Hal apa yang akan aku bagikan hari ini untuk semua orang?"

Selamat memasuki 'masjid' atau 'kuil' peribadatan di dalam diri Anda, sehingga di manapun anda berada, di manapun anda melangkah, anda akan menuju ke dalam 'masjid' diri Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun