Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apakah Calon Presiden 2019 Pilihanmu Tukang Nyinyir?

11 Juni 2018   08:52 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:28 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menghargai para bapak-bapak bangsa ini seharusnya dimulai dari calon-calon presiden nanti. Siapapun mereka, hendaknya memulai dengan penghargaan, bukan cacian. Atau calon presiden yang diusung oleh sebuah partai hendaknya mengarahkan partainya untuk memulai dengan penghargaan, bukan cacian.

Mungkin kita terbiasa bersaing dengan memulai saling menjatuhkan. Mencari kesalahan dan kekurangan lalu kemudian dibesar-besarkan. Kita tidak terbiasa bersaing dengan saling memuliakan. Apa salahnya mencari perhatian dan empati dengan memuliakan?

Apakah kita akan memilih calon pemimpin yang menjelek-jelekkan pemimpin sebelumnya? Kalo seorang calon pemimpin pikirannya hanya dipenuhi oleh kejelekan dan kekurangan sehingga tidak dapat menghargai bapak bangsa sebelumnya, apakah calon tersebut dapat membawa kebesaran sebuah bangsa?

Kita semua tentu mengaku umat beragama yang mulia. Dan kemuliaan agama yang kita anut tentu saja dapat dicerminkan dari sikap menghargai kepada siapapun. Saat ini belum terlambat bagi mereka yang mencalonkan diri sebagai presiden untuk mengapresiasi kelebihan dari presiden sebelumnya. Atau presiden Jokowi sendiri saat ini untuk meraih perhatian pendukungnya juga mengapresiasi kelebihan mereka-mereka yang maju sebagai calon presiden nanti.

Sungguh besar dan mulia apabila seorang Jokowi bicara tentang kelebihan Prabowo dan seorang Prabowo bicara tentang kelebihan Jokowi. Besar dan mulia juga apabila seorang Amin Rais bicara tentang kelebihan Jokowi dan Jokowi bicara tentang kelebihan Amin Rais. Dan siapapun mereka akan menjadi orang besar dan mulia dengan mulai memuliakan orang lain.

Lalu apa yang terjadi di garis bawah, yaitu di partai-partai dan kader-kader partai? Tentu saja, isi partai dan kader-kader partai merupakan cerminan pemimpin dan ketua umum partainya. Apabila edifikasi kemuliaan dan bersaing dengan mulia ini dijaga dan diperingatkan oleh pemimpin dan ketua umum partai, maka cara mereka bersaing, cara mereka menunjukkan prestasi bukan dengan cara saling menjelek-jelekkan, namun dengan cara saling mengapresiasi.

Bagi saya sendiri, saya tidak akan 'respek' kepada seorang calon presiden yang hanya selalu menjelek-jelekkan presiden sebelumnya. Mengapa? Karena kemuliaan dan kebesaran jiwa dimulai dari cara pandang terhadap penghargaannya kepada orang lain. Penghargaan terhadap keberhasilan, kemajuan dan prestasi yang ada walaupun hanya sedikit dan kecil adanya.

Saya belum mendengar pendukung calon presiden yang bicara seperti ini,

"Saya sangat mengapresiasi kemajuan, keberhasilan dan prestasi pak Jokowi dalam bidang-bidang yang bisa kita rasakan sebagai bentuk kerja nyata saat ini. Pak Jokowi adalah presiden hebat! Untuk itu apabila calon kami terpilih sebagai presiden nanti, calon kami akan membuat lebih maju, lebih berhasil dan lebih berprestasi dari apa yang telah dicapai pak Jokowi saat ini, karena estafet kepemimpinan akan terus berjalan sepanjang negara ini ada."

Tidak berani? Ya, karena kita terbiasa dengan persaingan yang saling mengalahkan, menjelekkan dan mematikan (homo homini lupus). Tentu saja kita dapat beranjak untuk menjadi mulia sepanjang kita tidak diselimuti oleh kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok.

Siapakah yang pantas menjadi presiden 2019? Kalau dia disebut sebagai 'satrio piningit' yang akan membawa Indonesia kepada bangsa yang maju dan besar, tentu saja ia akan memulai dengan memuliakan para bapak bangsa. Dan apabila yang kita dengar dari para calon presiden hanyalah kejelekan, keburukan dan kekurangan, maka hal tersebut merupakan cerminan dari dirinya sendiri tentang apa yang direfleksikan keluar dan bangsa ini belum siap untuk menjadi bangsa yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun