Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Absurd Pesugihan dari Ibu Kota, Arisan Sosialita Tumbalnya Lelaki Muda

2 Juli 2021   14:38 Diperbarui: 2 Juli 2021   15:10 2365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ritual gaib (neworleans.com/ Rebecca Todd).

Cerita pesugihan  biasanya menjadi konsumsi orang-orang dusun  di masa lalu. Beranjak ke era modern yang rasional dan skeptis, kisah berbau mistis beserta sesajen atau tumbalnya itu perlahan-lahan menghilang.

Yang perlahan-lahan raib itu ternyata tidak sungguh-sungguh sirna. Saat ini satu kabarnya terungkap ke media dan mengundang rasa penasaran. Bukan di satu sudut gunung atau tepi laut yang jauh, peristiwanya terjadi di  salah satu sentra ekonomi elit Jakarta, Pondok Indah.

Seorang pemandu acara mengunggah narasi adanya semacam 'sekte' pemuja kekayaan pengejar mimpi keduniawian. Sang MC --master of ceremony-- mengaku ditawari memandu ritual sekelompok sosialita.

Acaranya sendiri disebut sang MC Ramadhinisari sebagai acara arisan. Akan tetapi yang menjadi kejanggalan mengerikan adalah adanya ritual korban manusia yang diduga untuk pesugihan dalam acara itu. Sang korban adalah seorang lelaki muda dan dikatakan sudah ikhlas menjadi tumbal.

Sejak pengakuan Dini viral di jagat medsos, sejumlah kesaksian kemudian terungkap. Banyak pihak yang berprofesi serupa dan mengakui pernah mendapat tawaran serupa. Upahnya  bervariasi tetapi sangat menggiurkan dengan kisaran Rp 10 juta hingga Rp 30 juta sekali manggung.

Pihak berwajib turuntangan mengusut isu tersebut. Kapolsek Kebayoran Lama, Komisaris Donni Bagus, mengatakan polisi akan menelusuri ihwal tumbal pesugihan di wilayah kerjanya (tempo.co, 1/7/2021).

Cerita yang seharusnya jadul itu memang perlu segera ditanggapi, apakah betul terjadi ataukah hoax di tengah pandemi. Siapa oknum  yang menawari MC Dini harus ditangkap dan diselidik motifnya.

Jika benar tumbal pesugihan akan terjadi maka jelas itu potensi kriminal. Pembunuhan yang direncanakan meski korban katanya ikhlas. Andai maksudnya hanya iseng tetap juga kriminal karena sudah membuat resah.

Soal pesugihan itu sendiri --jika benar-- banyak faktor  yang bisa menjadi penyebab. Mungkinkah pandemi menjadi salah satu sebab itu?

Seperti yang kita ketahui pandemi corona telah meluluhlantakkan ekonomi hingga porak poranda. Setahun lebih Covid-19 beroperasi banyak usaha gulung tikar dan bahkan negara pun harus mendulang utang.

Para pemilik usaha kelas kakap tentu bukan level penerima bansos seperti  rakyat biasa yang kebutuhan hidupnya berlangsung harian atau bulanan. Pengusaha-pengusaha tersebut urusannya omset dan utang piutang yang nilainya mencapai milyaran rupiah.

Ketika terdesak di sudut buntu dengan tekanan begitu besar akal sehat pun hilang. Solusi singkat menjadi alternatif keluar dari permasalahan.

Tak heran jika di tengah sepinya job dan peluang usaha banyak sosialita atau seleb yang terjerumus mengisap madat. Ketika sedang normal saja pake, apalagi saat kondisi terjepit.

Pesugihan  dengan tumbal untuk pihak ketiga bisa menjadi salah satu kemungkinan itu.

Dari dulu sejak zaman kolonial, motif pesugihan itu biasanya adalah faktor ekonomi. Ada orang melarat ingin cepat kaya tanpa usaha terus ke gunung mencari juru kunci untuk memberikan jalan keluar. Sang juru kunci, Mbah Mbuhsopojenenge, lalu menawarkan sederet metode. Ada nyupang, nyegik, ngepet, atau beternak tuyul.

Orang kaya tentu ingin tetap langgeng kekayaannya. Bagi sebagian mereka metode gaib ilegal itu bisa menjadi pilihan untuk memenuhi keinginan tersebut.

Selain jalan pintas pesugihan, ada juga jalur gaib yang tak kalah makan korban: dukun pengganda uang. Berita yang terkenal yaitu kasus Dimas Kanjeng beberapa tahun lalu.

Ada pula kasus lain di mana klien dibunuh dukun karena dia sesungguhnya tak punya kemampuan apa-apa. Sang korban justru dieksploitasi untuk menyerahkan modal awal bernilai puluhan juta rupiah. Kasus seperti ini sudah sering terjadi.

Kita berharap tentunya desas-desus dari Pondok Indah tadi cuma sekadar rekaan yang mendaurulang mitos lama. Tak elok mempercayai oknum calo gaib yang sesat untuk mendapatkan kejayaan.

Meskipun demikian langkah Kapolsek mengusut kasus itu sudah tepat. Hoax atau bukan si pelaku harus diundang ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun