Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mempertentangkan Al Quran dengan Pancasila, Transparansi TWK KPK Semakin Mendesak

1 Juni 2021   21:32 Diperbarui: 1 Juni 2021   23:00 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tes Wawasan kebangsaan yang dilakukan terhadap pegawai KPK menuai polemik. Permasalahan muncul terkait dengan rumor bahwa tes tersebut bertujuan menyingkirkan sekelompok pegawai dengan wawasan kebangsaan yang diragukan. Selain itu ada pula beberapa pertanyaan di dalam tes itu yang dianggap janggal.

Tulisan ini tidak hendak membahas soal kepegawaian, apakah yang tak lulus tes perlu dibina agar diterima menjadi ASN ataukah tidak. Yang perlu disorot adalah masalah yang kedua yaitu menyangkut pertanyaan yang diajukan  dalam TWK itu.

Salah satu pertanyaan dalam TWK yang diberitakan media yaitu pilihan apakah peserta akan memilih Al Quran ataukah Pancasila. Informasi tersebut itu antara lain berasal dari Febri Diansyah lewat cuitan di akun twitternya.

Febri Diansyah (detik.com, 1/6/2021):

"Pilih yang mana, Al-Qur'an atau Pancasila mengingatkan saya pada pertanyaan tes wawasan kebangsaan KPK."

Pertanyaan demikian tentunya diajukan kepada yang peserta yang beragama Islam. Dari sini lalu timbul percabangan, apakah pegawai yang Nasrani juga mendapat pertanyaan identik, pilih Alkitab ataukah Pancasila? Begitu pula dengan umat lain.

Sangat disayangkan hal itu terjadi dan pertanyaan tersebut meresahkan. 

Bagi kebanyakan umat Islam antara Al Quran dengan Pancasila tidak ada yang perlu dipertentangkan atau berlawanan. Tidak hanya muslim Indonesia, ulama Mesir Grand Syekh Al Azhar Ahmad Thayyeb  juga memandang bahwa Pancasila itu merupakan esensi dari ajaran Islam.

Salah satu ulama Indonesia dan sebagai sesepuh Muhammadiyah, Syafii Maarif, mengutuk keras pihak yang memanfaatkan Pancasila demi kepentingan sendiri. Buya Syafii menganggap bahwa hal itu adalah pengkhianatan.

Tangkapan layar pernyataan Buya Syafii Maarif dalam diskusi Pancasila di pusaran polemik KPK, 1/6/2021 (twitter.com/ @girisuprapdiono).
Tangkapan layar pernyataan Buya Syafii Maarif dalam diskusi Pancasila di pusaran polemik KPK, 1/6/2021 (twitter.com/ @girisuprapdiono).
Selain materi Pancasila dan pertentangannya dengan kitab suci agama, beredar pula bocoran pertanyaan-pertanyaan janggal yang lain. Pertanyaan misalnya tentang melepas kerudung --bagi pegawai muslim perempuan-- atau pertanyaan menyangkut kehidupan seksual yang  bernada pelecehan (tribunnews.com, 30/5/2021).

Dari gejala yang tampak di permukaan lantas kegelisahan menyeruak, apa benar isu Taliban itu? Isu yang mengatakan bahwa KPK dikuasai kelompok tertentu yang disebut terindikasi radikal. Jangan-jangan isu Taliban hanyalah sekadar topeng untuk membawa kepentingan lain. Faktanya yang tidak lolos TWK itu tidak hanya yang pegawai yang dianggap radikal saja. Berkaitan dengan itu, dua hal perlu dicermati berada di balik TWK.

Pertama, kepentingan untuk mengurangi kegarangan KPK atau lebih populer dengan frasa pelemahan KPK.

Sejumlah pegawai yang tidak lolos diketahui memiliki rekam jejak, kemampuan, dan komitmen pemberantasan korupsi yang tinggi. Hal ini sangat rawan mengingat Pemilu 2024 semakin dekat. Pejabat-pejabat yangberasal dari parpol harus diawasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun