Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Enggan Merespons Wacana Kudeta Demokrat

10 Maret 2021   12:17 Diperbarui: 10 Maret 2021   14:00 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (Foto: Antara).

Wacana kudeta Demokrat sudah berjalan sekitar sebulan.

Ibarat sirkus keliling, beragam atraksi sudah disajikan dan memukau penonton. Dari peluncuran isu turunan seperti soal AD/ ART, begal partai, hingga desas-desus ancaman intel polisi. Ada pula wacana kiriman paket santet berpemandu. Khusus untuk pejabat tertentu.

Member klan Cikeas yang lain, Edhy Baskoro, yang tempo hari masih anteng --dan ditunggu-tunggu tanggapannya-- sekarang ikut angkat bicara. Menyoal KLB Deli Serdang, Ibas percaya bahwa pemimpin negeri ini masih punya nurani. Keyakinan itu sudah tepat dan agaknya penting juga untuk disampaikan kepada bapaknya sendiri, SBY.

Dari pihak Jokowi respon yang dinanti-nanti belum ada. Tak begitu menggubris atau sekadar melirik. Bahkan setelah SBY turun gunung dan membuat pengakuan dosa, soal pernah khilaf memberi Moeldoko jabatan, presiden masih bergeming.

Jokowi sibuk dengan urusan sendiri. Serangan Demokrat yang menyasar istana cuma ditepis seadanya oleh pejabat lain. Tanggapan yang kalau tidak dilakukan pun agaknya tak akan begitu berdampak serius secara politik.

Agenda Jokowi sekarang adalah menekankan pentingnya manifestasi kampanye cinta produk dalam negeri dan benci impor. Netizen berseloroh, oo.. inikah rupanya alasan Kaesang ghosting cewek Singapurnya.

Tetapi Jokowi memang sedang sungguh-sungguh. 

Ini yang bilang Luhut,  Menko Marves kepercayaan presiden. Dikatakan bahwa Jokowi pecat langsung seorang pejabat tinggi Pertamina . Dosanya besar, mengingkari arahan cinta produk lokal dengan meloloskan pipa buatan asing. TKDN-nya rendah.

Menko Marves Luhut Binsar (kompas.com, 9/3/2021):

"Ada pejabat tinggi Pertamina itu kemarin dipecat presiden langsung. ... Bikin pipa, tadi Pertamina. Pertamina itu ngawurnya minta ampun. Masih impor pipa padahal bisa dibuat di Indonesia. Bagaimana itu."

Gaya Jokowi dari dulu cenderung begitu. Lebih mengedepankan jawaban lewat perbuatan daripada komentar. Kalau tidak penting mengapa harus sampai kasih contoh seperti kasus Pertamina tadi.

Pemecatan dengan tangannya sendiri secara langsung berarti teguran juga kepada kabinet dan pejabat-pejabat lain. Gini lho contoh realisasi cinta produk lokal itu! Salah tafsir bisa tersingkir. Luhut sudah warning pula Menperindag terkait masalah ini.

Motif Jokowi memperjelas kampanyenya lewat contoh tentu terkait tenggat. Harus habis-habisan sebelum terlambatnya kejauhan. Akibat pandemi Covid-19 selama setahun ekonomi terpuruk. Duit habis.

Kalau tidak menekan jor-joran beli produk asing akibatnya keseimbangan ekspor-impor berat sebelah. Miringnya ke sana. Boros anggaran, defisit di kita. Ini beban secara politik.

Sinyal dari pernyataan menko Luhut penting untuk dibaca Demokrat. Uruslah urusan kalian sendiri, urusan kami sudah banyak.

Jadi, hingga nanti wacana kudeta hilang dengan sendirinya dari pasaran, Demokrat harus puas dengan jawaban-jawaban sekadarnya dari Mahfud MD, Yasonna, atau Humas Polri. Jangan terlalu berharap lebih, nanti kecewa.

Keterlibatan KSP Moeldoko yang dilematik paling tinggi hanya sampai isolasi risiko. Reshuffle bukan persoalan. 

Bisa juga Moeldoko dipertahankan, supaya Demokrat mendongkol sampai 2024 nanti. Toh yang aktif pendekatan dari Demokrat sendiri.

Meskipun Jokowi masih enggan menggubris, Demokrat tak perlu berkecil hati. 

KLB Deli Serdang nyatanya bisa membuat kader terpanggil. Mau repot-repot ikut mimbar bebas walau cuma di pekarangan. Ini menunjukkan bahwa denyut nadi partai masih berdetak. Yang tadinya tak punya alasan berkomentar jadi punya. Yang tadinya mingkem melulu sekarang jadi termotivasi untuk buka mulut. 

Lumayan, hal-hal seperti itu juga merupakan bentuk kemajuan. Seberapa besar efeknya, tunggu sampai survei membuktikan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun