Soal apakah keberpihakan tersebut sudah terjadi sejak sebelumnya atau semata muncul di saat kudeta Demokrat perlu penelusuran lebih lanjut. Namun ke depan hal itu berarti Gatot Nurmantyo secara politik akan berhadapan dengan Moeldoko jika pembelaannya terhadap Demokrat SBY-AHY terus berlanjut.
Jika kemudian Demokrat versi Cikeas yang kemudian diakui secara legal maka dukungan Gatot dapat berbuah poin politik. Bukan tidak mungkin jika Gatot kemudian bergabung atau direkrut Demokrat. Menjelang Pilpres 2024 hal itu lebih taktis dan strategis dibanding menggeluti KAMI yang mati suri.
Lain halnya jika ternyata Demokrat Moeldoko yang akan memenangkan posisi secara de facto dengan mengakuisisi mayoritas 14 DPD Demokrat yang ada. Kalau hal itu kenyataannya maka Gatot Nurmantyo harus puas dengan KAMI-nya atau mencari partai lain  yang lebih eksis.
All mantan panglima final semakin mengerucut. Boleh-boleh saja dalam politik toh keduanya sekarang menjadi warga sipil, asal jangan kembali pada isu SARA dan politik identitas.***