Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Pak Jokowi, Jangan Ulangi Kegagalan di Jakarta...!"

31 Januari 2020   05:56 Diperbarui: 31 Januari 2020   06:13 2915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, ada keterputusan transfer informasi yang menyebabkan kelalaian fatal itu bisa terjadi. Kasus tersebut sejatinya juga menampar wajah pejabat biro hukum dan TGUPP yang dibayar mahal itu.

Sebagai presiden yang terpilih dua kali, selain merealisasikan janji-janji kampanye Jokowi juga harus jeli memperhitungkan persiapan-persiapan yang sifatnya transformatif. Tidak hanya untuk masa jabatan saat ini tetapi juga periode kepemimpinan mendatang.

Persiapan transformatif di sini bukan berarti semangat untuk melanggengkan kekuasaan tetapi lebih pada bagaimana proses politik Pemilu nanti tidak mencederai semangat kolektif bangsa untuk terus maju bersama-sama.

Beberapa hal menjadi catatan dalam 100 hari periode kedua pemerintahan Jokowi.

Kesan inkonsistensi pada beberapa jabatan menteri tak terhindarkan karena munculnya kasus dan adanya perubahan kebijakan. Yang menonjol tentu kasus Kementerian  BUMN dan KKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pada Kementerian BUMN, saat ini sedang digoyang kasus megakorupsi Jiwasraya dan Asabri yang mungkin menyeret nama pejabat-pejabat terdahulu. Publik dapat menilai, masalah keuangan pada kedua BUMN tersebut tentu tidak terjadi dalam tempo 100 hari ini ketika Erick Thohir menjabat menteri.


Pernyataan Jokowi bahwa kasus Jiwasraya sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu, dan baru diketahui dalam 3 tahun ini  jelas eksplisit tersirat, era Rini Suwandi sebagai pendahulu Erick termasuk di dalamnya.

Seandainya sistem kontrol dan pengawasan kinerja menteri berjalan baik seharusnya kisruh Jiwasraya tentu dapat ditangani lebih dini, sejak 3 tahun lalu itu.

Kasus berikutnya adalah kebijakan Menteri Kelautan yang kontroversial soal ekspor benih lobster dan penenggelaman kapal pencuri ikan.

Kebijakan tegas Menteri Susi Pudjiastuti yang pro-sustainable legal fishing seharusnya didukung penuh sesuai harapan masyarakat. Menjadi kontraproduktif ketika menteri baru secara terang-terangan seolah-olah begitu mudah membalik orientasi kebijakan ke arah yang berlawanan.

Bahasa komunikasi pejabat yang secara vulgar menihilkan kebijakan terdahulu, terbukti menimbulkan tanda tanya; mengapa presidennya sama tetapi kebijakannya kok berbeda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun