Belum seumur jagung Erick Thohir menjadi Menteri BUMN. Sejumlah perusahaan bisnis pelat merah yang bermasalah mulai digaruk satu per satu.
Jiwasraya termasuk BUMN yang terungkap punya penyakit menahun. Klaim pembayaran produk asuransi JS Saving Plan terancam gagal bayar.
Utang perusahaan asuransi itu mencapai Rp 12,4 triliun. Padahal 7 tahun lalu Dahlan Iskan sempat memuji jajaran direksinya yang sanggup membebaskan diri dari belitan tunggakan. "Jiwasraya sudah merdeka!", demikian puji Dahlan pada momen menjelang hari kemerdekaan saat itu.
Bos Jawa Pos menyampaikan fakta tersebut karena secara langsung menyangkut tanggung jawab Dahlan sebagai Menteri BUMN era SBY. Jebloknya kondisi keuangan Jiwasraya bahkan ditengarai sudah tercium sejak 2004 lalu.
Dari curhatan Dahlan kita bisa menggali tiga hal penting.
Pertama, sudah bertahun lalu Jiwasraya diketahui punya problem keuangan serius, sejak 2012 atau bahkan sebelumnya.
Kedua, Dahlan yang anti PMN (Penyertaan Modal Negara) menganggap jajaran direksi Jiwasraya sanggup menyelesaikan beban keuangan tanpa injeksi modal dari uang negara.
Ketiga, saat kasus Jiwasraya muncul sekarang, Dahlan mengaku siap menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tertipu paparan direksi Jiwasraya yang mengatakan perusahaan itu sudah pulih bisnisnya.
Belum ada kelanjutan bagaimana babak berikutnya. Pesawat Garuda yang ditumpangi keburu mendarat saat Dahlan menulis pengakuan itu di blog pribadinya.
Seperti Dahlan yang masih penasaran soal apakah dirinya tertipu atau tidak; penulis juga masih kepo, apakah pada tahun 2012 itu Dahlan sudah melakukan check dan recheck terkait tanggung jawab yang diembannya. Atau, Dahlan menelan begitu saja paparan direksi Jiwasraya tanpa memasaknya dahulu hingga matang.
Meskipun pada menit-menit terakhir injury time Rini  "sadar" bahaya yang mengintai Jiwasraya tetapi agaknya hal itu sudah terlambat.
"Jiwasraya akan mengeluarkan obligasi jangka panjang tujuannya supaya bisa investasi lebih banyak sehingga diharapkan memperkuat balance sheetnya,"Â kata Rini (tempo.com, 30/01/2019).
Hingga April 2019, dari pantauan media, Rini masih menebar harapan agar nasabah Jiwasraya tak perlu cemas. Empat jurus  sudah siap luncur untuk menopang kesehatan kas perusahaan yang sempoyongan. Berikut jurus-jurus andalan itu.
- Membentuk anak usaha bernama Jiwasraya Putra akan melibatkan BUMN BTN, Pegadaian, KAI, dan   Telkomsel.
- Menerbitkan obligasi jangka menengah.
- Menyetop produk sejenis saving plan dan ekspansi digitalisasi dalam bisnis perseroan.
- Optimalisasi aset properti perusahaan yang menganggur.
Terbukti tangan Rini tidak cukup kuat menahan kuda-kuda Jiwasraya yang sedang goyah. Hingga pergantian periode kedua pemerintahan Jokowi, malah makin terkuak bahwa badan usaha itu memang payah.
Tidak hanya nasabah dan media yang resah dengan kerugian belasan triliun uang negara. DPR juga ikut angkat bicara.
Anggota Komisi VI Darmadi Durianto menyoroti kemungkinan terjadi pembiaran pada saat Rini masih jadi menteri
"Rini harus memberikan klarifikasi dan penjelasan utuh ke publik karena itu bagian dari fungsi pengawasan yang dilakukan menteri.
Mustahil Rini enggak tahu kondisi Jiwasraya saat itu. Rini diduga seperti membiarkan dan patut diduga juga tidak melakukan tindakan penyelamatan yang maksimal yang akhirnya terus membuat ekuitas Jiwasraya saat ini sudah mencapai minus Rp 23,5 trilyun," kata Darmadi Durianto, 26/12/2019).
Rini hingga saat ini belum memberikan penjelasan soal keruhnya manajemen Jiwasraya. Tidak menutup kemungkinan kasus ini membuka jalan bagi DPR untuk menggugat persoalan yang menggerogoti kinerja BUMN-BUMN yang lain.
Semestinya pada saat Rini menerima estafet tanggung jawab dari Dahlan, ia segera melakukan review atas warisan-warisan permasalahan yang diterimanya. Jangan-jangan Rini juga ikut terbius narasi direksi Jiwasraya hingga alpa memeriksa kebenaran cerita investasi high risk yang mereka lakukan.
Apakah menteri yang sempat dilarang Fadli Zon menginjak teras Gedung DPR ini akan buka suara? Waktu yang nanti akan menjawabnya.***