Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Identitas, Tes DNA, dan Udel yang Suka Seenaknya Sendiri

21 Oktober 2019   00:03 Diperbarui: 21 Oktober 2019   00:53 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Veronica Koman dengan anggota Parlemen Australia setelah membahas keadaan yang berlangsung di Papua (okezone.com).

Descartes mengatakan satu pernyataan tentang eksistensi,  yang sangat terkenal hingga sekarang:   "cogito ergo sum". Aku berpikir maka aku ada. Kesadaran  atau pikiranlah  yang (paling) mungkin  dapat mewakili keberadaan  diri kita dalam semesta.

Persoalannya; pikiran, logika, atau  goresan di dalam hati  itu sendiri tidak pernah statis. Selalu berubah. Banyak ambigu, inkonsistensi,  atau kontradiksi, seperti yang dapat kita lihat bertebaran di sekeliling kita.

Peribahasa Jawa "esuk dhele sore tempe", menunjukkan ke-tidakkonsisten-an  yang dipandang  negatif sebagai sikap tidak punya pendirian atau berubah terlalu cepat.

Jika kita tarik garis lurus ke dalam kehidupan manusia  termasuk sosial politik, gejalanya ada. Berlimpah.

Tidak perlu heran adanya fenomena politisi balik kanan, kemarin oposisi sekarang berada di sisi. Sementara yang tadinya berada di sisi (karena gerah) malah sedang mencari jalan beroposisi.

Hijrah itu dinamis


Di dalam keyakinan beragama juga begitu, ada (dalam istilah Islam) fenomena hijrah; bahkan ada yang beralih keyakinan, mualaf atau murtad.

Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa manusia sejatinya tak pernah berhenti mencari untuk menemukan. Menemukan sesuatu yang entah, yang akan baru ia ketahui justru setelah mendapatkannya.

Pencarian itu  kadang gagal, karena tertipu tampilan, bias asumsi, atau ilusi.

Yang paling otentik  sebagai salah satu rujukan adalah pengembaraan spiritualitas Ibrahim. Petunjuk yang ia ikuti adalah benda-benda langit, yang dapat dilihat secara kasat mata .

Ibrahim mencari 'sesuatu' yang tidak mungkin ia temukan kecuali 'sesuatu' itu sendiri yang memperkenalkan diri-NYA.  Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun