Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

AHY dan Zulhas ke Istana, Kursi Parlemen BPN Terancam Menciut

2 Mei 2019   19:20 Diperbarui: 4 Mei 2019   08:20 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Harimurti Yudhoyono, AHY, bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, 2 Mei 2019 (merdeka.com).

Ada dua hal yang harus segera dikesampingkan BPN Prabowo-Sandi. Pertama, mimpi merealisasikan rancangan kabinet; kedua, janji romantis kawan-kawan koalisinya sendiri.

Dalam politik kepentingan lebih dominan mewarnai ketimbang kesetiaan. Kesetiaan dalam politik hanya berarti sehidup, kalo semati lu yang jalan duluan; ringan sama dijinjing, kalo berat lu pikul sendiri.

Kondisi terkini di BPN, masing-masing sudah mulai menapaki jalan sunyi nasibnya sendiri-sendiri. Ketum PAN Zulkifli Hasan dan Said Iqbal sudah bertemu Jokowi di istana; AHY, Ketua Kogasma Demokrat turut menyusul ke sana.

Pemilu sebelumnya juga begitu. Pemilu 2014, setelah Prabowo-Hatta kalah, tak lama Golkar dan PPP hengkang merapat ke petahana. Ketua tim pemenangan mereka, Mahfud MD, sekarang bersama Megawati jadi BPIP, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Sementara PAN agak sedikit 'nakal': Pilpres 2014 merek bareng Prabowo karena Hatta Radjasa jadi wakil, kalah; terus masuk koalisi Jokowi dan dapat jatah kursi Menteri PAN-RB untuk Asman Abnur. Pilpres 2019, PAN balik gabung BPN Prabowo-Sandi sehingga Asman resign dari kabinet, kalah lagi. Dan tak lama berselang Zulhas sudah mengetuk pintu istana, 24 April 2019.

Jangan lupa pula Waketum PAN Bara Hasibuan yang terang-terangan memasang satu kaki partai di kubu Jokowi. Atas nama demokrasi, kemerdekaan mencari cantelan dilindungi oleh undang-undang.

Ya, begitu itu politik.

Meskipun di bibir tim BPN mengatakan bahwa tim koalisinya solid tapi di dalam hati siapa tahu. Ketar ketir wajar karena kursi parlemen mereka di DPR terancam ciut dengan merapatnya pucuk-pucuk pimpinan anggota koalisi ke kubu istana.

Meskipun sudah memenangkan pilpres dan perolehan kursi DPR; KIK, Koalisi Indonesia Kerja pengusung Jokowi-Ma'ruf secara terbuka ingin menambah dominasi kursi parlemen hingga 80%. Saat ini, partai-partai koalisi istana sudah menguasai sekitar 60% suara. Konversi jumlah kursi DPR yaitu sekitar 346 biji, dan akan bertambah jadi 460 jika sukses meraih 80% suara rakyat. Total kursi DPR ada 575.

Darimana tambahan 20% suara untuk memperkuat koalisi petahana di parlemen? Darimana lagi kalau bukan dari lawannya yaitu kubu KIAMAK, Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Saat ini potensi yang mungkin direbut berasal dari PAN dan Demokrat. Sementara hasil perhitungan kilat, PAN diketahui memperoleh 6,97% suara dan Demokrat 7,71% suara, total 14,68% (QC versi Charta Politika). Ketum PAN Zulkifli Hasan dan AHY Ketua Kogasma Demokrat sejauh ini sudah condong balik kanan setelah bertemu Jokowi di istana. Dapat kita tangkap dari analisis-analisis profesional maupun amatiran dari pengamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun