Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kepiting Jacobson, Fauna Endemik Geopark Gunung Sewu yang Terancam Peternakan Ayam

14 September 2018   23:26 Diperbarui: 17 September 2018   05:25 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Geopark Gunung Sewu dilihat dari sisi Kabupaten Gunung Kidul (jogjadaily.com).

Lokasi geopark kedua Indonesia setelah Geopark Gunung Batur ini  terbagi atas 3 geoarea yang berada di 3 kabupaten sekaligus 3 provinsi yang berbeda. Ketiga geoarea tersebut  berada di Pacitan di Jawa Timur, Wonogiri di Jawa Tengah, dan Gunung Kidul di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Walaupun Geopark Gunung Sewu merupakan satu kesatuan kawasan, kepiting Jacobson hanya hidup di gua bawah tanah yang berada di Kabupaten Gunung Kidul saja.

Asal mula nama Jacobson pada kepiting ini adalah untuk menghormati jasa penemu pertamanya yaitu Edward Jacobson, seorang naturalis Belanda.

Edward menemukan kepiting bermata kecil ini di Gua Jomblang dan Gua Ngingrong. Selain dari 2 gua tersebut, penelitian lanjutan menemukan jejak keberadaannya di Gua Bribin, Gua Gilap dan Gua Jurang Jero serta gua-gua lain di Kabupaten Gunung Kidul.

Sebagai hewan endemik, kepiting Jacobson memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dengan kepiting jenis lain dari nenek moyang yang sama secara taksonomis. Perbedaan tersebut muncul sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan khusus.

Kondisi gua bawah tanah yang gelap serta sumber makanan terbatas memaksa hewan bercangkang ini menyesuaikan diri sehingga ciri fisik dan perilakunya selaras dengan lingkungan.


Perbedaan morfologi --bentuk tubuh luar-- yang mencolok pada kepiting Jacobson adalah tubuhnya yang berwarna pucat dan bentuk mata yang mengecil. Hal ini terjadi karena tanpa cahaya pigmen tubuh tidak terbentuk dengan baik. Penglihatan juga sulit bekerja atau bahkan tidak mampu sama sekali sehingga organ mata mengalami penyusutan.

Kondisi gua berdinding batu dengan lumpur di dasarnya membentuk sepuluh kaki kepiting Jacobson berkembang baik. Tungkai-tungkainya panjang dan kuat sehingga mampu menopang tubuhnya pada saat memanjat dinding  atau merayap di atas lumpur.

Karena sumber makanan dalam gua sangat minim, mereka juga harus berkompetisi untuk bertahan hidup.

Kepiting dengan tungkai yang lebih panjang dan lebih kuat akan memiliki keunggulan dalam bergerak sehingga lebih mudah pula memperoleh makanan. Sebaliknya, kepiting yang lambat karena tungkai kakinya pendek atau lemah akan tereliminasi perlahan-lahan. 

Proses evolusi berlangsung dalam kehidupan gua bawah tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun