Mohon tunggu...
Agung Ramdhani
Agung Ramdhani Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - freelancer

penyuka aktifitas adrenalin, kadang menulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Diskon Ojol, Candu Beraroma Monopoli

20 Juni 2019   17:48 Diperbarui: 20 Juni 2019   17:59 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ojek online | tempo.co

"Selain berdampak pada terpentalnya pelaku usaha lain, persaingan usaha yang tidak sehat seperti ini juga menghambat masuknya pemain baru," ujarnya.

Indikasi predatory pricing  terlihat jelas dari perbedaan harga yang tertera di aplikasi dengan yang dibayarkan konsumen.

Dugaannya, predatory pricing  kian masif dilakukan aplikator pasca Kemenhub mengumumkan pemberlakuan tarif batas atas dan bawah pada ojol. Tepatnya pada awal Mei 2019.

Regulasi yang mengatur tarif ojol dimaksud adalah Permenhub Nomor 12 Tahun 2019 dan Kepmenhub Nomor 348 Tahun 2019.

Praktik diskon ojol secara tak terkendali itu otomatis membuat tarif diatur tidak berlaku. Hanya sebatas aturan di atas kertas dan tertera pada aplikasi saja. Faktanya, transaksi yang dilakukan konsumen jauh lebih murah dari itu.

Candu dan Sesaat
Rusaknya iklim kompetisi yang sehat ditambah potensi monopoli memerlihatkan betapa merusaknya praktik diskon yang tidak terkendali.

Konsumen perlu menyadari bahwa diskon seperti itu hanya bersifat sesaat. Tidak butuh waktu lama untuk kemudian menyaksikan salah satu aplikator bernasib sama seperti Uber. Hilang dari persaingan.

Setelah hanya ada pemain tunggal dominan, jangan harap diskon yang "meninabobokan" seperti sekarang terulang. Pelaku monopoli memiliki keleluasaan untuk menentukan tarif sesuka hati dan konsumen yang menjadi sangat terbatas untuk menentukan pilihan layanan harus menerima apa adanya.

Bukan hanya tarif, pemain dominan akan menentukan standar kualitas layanan sendiri. Tidak khawatir ada pembanding. Tidak ada kompetisi sehat yang memacu untuk melakukan inovasi.

Secara teori dari teori manapun memang begitu. Dampak negatif monopoli jauh lebih banyak dibandingkan positifnya. Timbulnya eksploitasi, jumlah dan harga tergantung pihak yang memonopoli, memberlakukan harga lebih mahal dibandingkan harga kompetitif, dan dampak negatif lainnya.

Maka, sekali lagi, konsumen harus menyadari dampak negatif diskon berlebihan. Diskon, promo, atau apapun namanya merupakan hal yang wajar dan sah-sah saja dilakukan sebagai alat marketing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun