Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari NLP ke Tauhid: Menemukan Tuhan di Balik Pencarian Diri

15 Oktober 2025   21:40 Diperbarui: 15 Oktober 2025   21:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, tujuan tertinggi manusia bukan menemukan diri, tetapi mengenal Rabb-nya. Jika Dilts menempatkan "spirituality" sebagai puncak piramida manusia, maka Islam menempatkan Tauhid sebagai fondasi seluruh bangunan eksistensi. Dari Tauhid lahir iman, dari iman tumbuh akhlak, dari akhlak muncul perilaku, dan dari perilaku terbentuk lingkungan yang penuh keberkahan.

Piramida wahyu tidak bergerak ke atas, tetapi ke dalam. Menembus kesadaran terdalam manusia yang mengakui bahwa dirinya bukan pusat, melainkan hamba. Seperti kata Ibn Qayyim al-Jauziyyah, "Tauhid adalah asas segala amal; ia adalah kehidupan hati dan cahaya ruh."

Psikologi Humanistik vs Epistemologi Wahyu

Psikologi humanistic, dari Maslow hingga Rogers, menekankan kebebasan, potensi, dan aktualisasi diri. Nilainya universal, tetapi titik tolaknya tetap antroposentris: manusia sebagai ukuran segalanya. Dalam paradigma ini, kebenaran bersifat subjektif; makna hidup didefinisikan oleh pengalaman personal, bukan oleh wahyu.

Sebaliknya, epistemologi Islam berangkat dari keyakinan bahwa ilmu sejati bersumber dari wahyu Allah. Epistemologi sendiri adalah cabang filsafat yang membahas hakikat, sifat, dan batas pengetahuan manusia. Dimana akal dan pengalaman manusia tetap berharga, tetapi hanya sah sejauh tunduk pada bimbingan wahyu. Ibn Taymiyyah pernah menulis, "Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan; barang siapa tidak berilmu, maka amalnya tidak akan lurus."

Perbandingan sederhananya bisa digambarkan seperti ini:

Aspek

Psikologi Humanistik

Epistemologi Islam

Pusat perubahan

Diri manusia

Allah sebagai Rabb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun