Mungkin itulah sebabnya, guru yang terbiasa menulis terlihat lebih ringan langkahnya. Kata-kata yang ada di kepala dan dirasa di dada, bisa menjadi pelepas beban, kepenatan, dan kelelahan.
Menulis untuk Aktualisasi Diri
Saya juga melihat banyak guru yang hebat di kelas, tapi jarang punya ruang untuk didengar di luar kelas. Padahal, mereka punya begitu banyak cerita dan pemikiran. Itu terbukti saat saya berbincang-bincang intens tentang sebuah topik.
Ya, menulis bisa menjadi panggung itu. Tulisan seorang guru bukan hanya catatan pribadi, melainkan refleksi yang bisa menginspirasi rekan sejawat, bahkan masyarakat luas. Ketika tulisan mereka dibaca dan diapresiasi, ada rasa berarti yang tumbuh: bahwa suara mereka penting.
Hasilnya, seorang guru yang juga anggota grup Penulis Pembelajar Indonesia kemarin mengontak saya. Katanya, "Hallo, Pak Agung... semangat sore.. Pak Agung sejak ikuti langkah-langkah menulis dari bapak, alhamdulillah tulisan-tulisan saya bulan ini banyak yang jadi Artikel Utama.. Sedikit berbagi pengalaman: 2 hari ini, baru juga tayang ga berapa lama, hari itu juga langsung AU.. Terima kasih banyak ya Pak Agung buat pencerahannya.. "
Menulis sebagai Warisan Pengetahuan
Guru selalu meninggalkan jejak pada murid-muridnya. Tapi bayangkan bila jejak itu tidak hanya berupa kenangan, melainkan juga tulisan.
Saya sendiri masih ingat betul artikel kecil seorang guru yang pernah saya baca. Tulisan itu begitu sederhana, tapi mampu menancap dalam pikiran saya bertahun-tahun. Dari situ saya percaya: tulisan guru bisa menjadi warisan yang abadi, yang tetap hidup bahkan setelah mereka tak lagi mengajar.
Menulis Membangun Koneksi Sosial
Menulis juga membuka pintu pertemanan baru. Di platform seperti Kompasiana, saya sering melihat guru-guru berbagi pengalaman, berdiskusi, bahkan berkolaborasi dengan profesi lain.
Tulisan menyatukan mereka dalam komunitas yang memberi energi positif.
Bayangkan betapa berharga bagi seorang guru memiliki jaringan yang mendukung, bukan hanya di sekolahnya, tapi juga di dunia yang lebih luas.
Menutup Catatan
Dari pengalaman singkat saya mengisi kelas, saya makin yakin: menjadi guru itu luar biasa melelahkan sekaligus mulia. Dan menulis bisa menjadi cara sederhana untuk menjaga kebahagiaan mereka.
Menulis meredakan stres, memberi ruang aktualisasi, meninggalkan warisan, dan membangun koneksi sosial.