Hapus penghalang. Hilangkan distraksi. Kita bisa matikan notifikasi saat menulis. Lalu tetapkan jam khusus. Misalnya jam 06.00--06.45 setiap pagi. Atau waktu malam pukul 20.00 -- 20.45. Soal waktu, kita bisa bebas pilih. Yang penting, pilih waktu yang paling nyaman, dan tidak banyak gangguan. Dan terakhir, bila perlu gunakan aplikasi tanpa distraksi, seperti FocusWriter atau Notion.
Prinsipnya: buat menulis jadi default activity, bukan sekadar pilihan jika sempat.
4. Practice at Least 20 Hours
Kunci keberhasilan strategi yang kita bahas ini sepenuhnya ada pada disiplin. Latihan konsisten 45 menit sehari selama sebulan akan membawa penulis melewati frustration barrier. Fase awal ketika tulisan terasa kaku, lambat, atau tidak enak dibaca. Saya sendiri, kadang malu sendiri bila membaca artikel-artikel awal yang saya buat. "Koq, menulisnya seperti itu ya..."Â
Percayalah, begitu melewati fase ini, penulis akan mulai menikmati ritme menulis.
10 Aturan Emas untuk Penulis (Adaptasi dari Kaufman)
1. Pilih skill menulis yang benar-benar ingin dikuasai (misal: artikel opini, fiksi pendek, atau esai reflektif).
2. Fokus pada satu keterampilan dulu, jangan meloncat-loncat.
3. Tentukan target jelas: "menulis 4 artikel highlight dalam sebulan". Lalu naikkan levelnya ke target headline.
4. Pecah skill jadi sub-keterampilan: ide, outline, draf, editing, judul.
5. Prioritaskan bagian paling berdampak: judul & alur tulisan.
6. Siapkan alat: laptop, aplikasi catatan, referensi bacaan.
7. Hapus penghalang latihan: atur waktu, minimalkan distraksi.
8. Jadwalkan jam menulis seperti janji temu penting.
9. Latih dengan sesi singkat tapi fokus (45--60 menit).
10. Komitmen minimal 21 jam per bulan.
Studi Kasus: Menulis ala "Mini Project"
Seorang penulis pemula bisa menerapkan strategi ini dengan membagi sebulan jadi empat minggu:
Minggu 1: Latihan membuat 10 judul setiap hari.
Minggu 2: Membiasakan outline singkat sebelum menulis.
Minggu 3: Latihan menulis 500 kata tanpa berhenti.
Minggu 4: Editing & revisi, lalu membandingkan draf pertama dengan versi final.
Total waktu: 21 jam.
Output: minimal 2--3 artikel layak terbit dengan kualitas yang lebih rapi daripada sebelumnya.
Menulis = Skill Acquisition, Bukan Ujian
Banyak penulis berhenti karena merasa "gagal" saat tulisannya tidak dibaca banyak orang. Padahal, menulis adalah eksperimen berulang, bukan ujian sekali lulus atau gagal.
Kaufman menekankan: Done is better than perfect. Tulisan yang selesai dan dipublikasikan jauh lebih berharga daripada draf indah yang hanya tersimpan di folder.
Mengatasi "Frustration Barrier"
Tantangan utama ada di minggu pertama: rasa malas, pikiran "tulisan ini jelek", atau keinginan menyerah.